Tandaseru — Kota Ternate, Maluku Utara, memiliki jejak sejarah letusan Gunung Gamalama Tua.  Usianya ditaksir mencapai 3 juta tahun. Sayangnya, lokasi sejarah ini belum banyak diekspos sebagai wisata geologi.

Gamalama Tua yang dikenal dengan Lava Collapse terletak di antara Kelurahan Jambula dan Foramadiahi, Kecamatan Pulau Ternate. Saat ini lokasi itu dijadikan ruang praktik terbuka atau laboratorium alam oleh mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Jalur menuju ke pusat Lava Collapse ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 30 menit dari tempat parkir kendaraan roda dua dan empat di sumbat intrusi di Kelurahan Jambula. Perjalanan menuju pusat erupsi sudah memasuki wilayah Kelurahan Foramadiahi.

Pusat erupsi Gamalama Tua di Kelurahan Foramadiahi. (Istimewa)

Pejalan kaki bakal dimanjakan dengan dinding-dinding batu yang menjulang tinggi, dengan diameter ketinggian mencapai 35 meter hingga skala kecil yang disebut kerikil. Pejalan kaki bakal melewati bebatuan yang merupakan serpihan dari letusan Gamalama Tua tersebut.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, Abdul Kadir D Arif, saat diwawancarai di pusat erupsi Gamalama Tua menjelaskan bahwa Gamalama terbagi atas tiga fase yakni Gamalama Muda, Dewasa dan Gamalama Tua.

Salah satu fase yang sangat unik adalah fase Gamalama Tua di Kelurahan Foramadiahi itu.

“Kota Ternate salah satu wilayah yang bisa dapat disentuh langsung ya kawah Gamalama Tua dan yang sedang kita berdiri ini merupakan pusat erupsi,” ujarnya, Kamis (13/1).

“Banyak orang belum tahu di sini. Ketika orang tahu di sini, ada satu kegembiraan bahwa torang (kita, red) ada di pusat sumber letusan,” sambung Abdul Kadir.