Secara politik, sangat mungkin ada semacam upaya untuk melakukan rebranding politik lagi. Sekaligus dicarikan rasionalisasi kerja yang membuat mangkraknya proyek reklamasi itu. Bisa saja alasan yang dapat diasosiasikan adalah hantaman Covid-19 yang membuat daerah harus menyelaraskan kebijakan negara. Tentang refocusing anggaran untuk melawan pandemi Covid-19. Alasan selanjutnya bisa jadi rekanaan kerja yang mengerjakan proyek tersebut bandel tidak mau mengikuti skema kontrak kerja yang dilakukan pemerintah daerah Halmahera Tengah.
Alasan-alasan ini sangat berpotensi diakomodasi menjadi bandwagon (gerobak musik) untuk menghibur masyarakat dari hantaman isu-isu tidak sedap tentang proyek reklamasi. Jika ini alasan yang digaungkan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat maka dibutuhkan kemampuan kepemimpinan Elang-Rahim mengelola rasionalisasi dari tumpang tindihnya informasi tentang realisasi anggaran penanganan Covid-19, dan dibutuhkan monitoring dari lambannya kerja proyek reklamasi, serta memutuskan untuk dalam waktu cepat harus ada lagi aktivitas kerja lanjutan dari megaproyek yang diramal menjadi ikon ekonomi modern Halmahera Tengah.
Bila ini tidak dituntaskan, pertama, bisa saja memantik banyak spekulasi yang memandang kepemimpinan Elang-Rahim memodifikasi reklamasi sebagai langkah penciptaan ketakutan, melemahkan kuasa masyarakat dalam momen pemilihan bupati dan wakil bupati mendatang.
Artinya, bila paket ini final (incumbent) maju lagi untuk melanjutkan periode kerjanya di perhelatan demokrasi 2024, maka reklamasi akan menjadi ekspresi simbolik yang menghantui masyarakat (rebranding horror). Sehingga dalam perburuan voters akan dibalut dengan kuasa penciptaan fantasi politik dalam masyarakat. Misalnya, dengan membangun narasi politik “reklamasi akan tidak selesai kalau tidak memilih lanjutkan periode, karena kubu sebelah tidak akan berani ambil risiko kerja reklamasi”. Mau tidak mau harus memilih lanjutkan periode untuk menuntaskan kerjanya. Langkah persuasi politik semacam ini akan mengalir sangat kuat di lintas grassroot.
Tinggalkan Balasan