Tandaseru — Massa yang menamakan diriĀ Front Mahasiswa Petani Indonesia menggelar aksi di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Senin (11/10). Dalam aksi tersebut, massa mengecam tindakan represif pihak kepolisian dalam aksi Hari Tani akhir September lalu.

Massa mendesak Kapolri mencopot Kapolres Pulau Morotai atas tindakan represif yang dilakukan anak buahnya terhadap massa aksi.

“Aliansi petani untuk Indonesia itu adalah isu yang diprioritaskan untuk petani. Gerakan kami kemarin ditanggapi dengan aksi represif oleh kepolisian. Makanya isu ini kami angkat lagi soal pelanggarakan HAM,” ungkap Koordinator Aksi Abdurahman Saidinti.

Ia mendesak oknum polisi pelaku tindakan represif harus diadili.

“Untuk gerakan ini bukan hanya di wilayah Kabupaten Pulau Morotai. Tapi kawan-kawan juga sudah membangun jejaring di masing-masing OKP Ternate, Tobelo, Sofifi. Bahkan di masing-masing wilayah OKP sudah dibangun,” imbuhnya.

Sedangkan tuntutan pencopotan Kapolres AKBP A’an Hardiansyah, sambungnya, juga disuarakan ke Polda Malut.

“Dari awal sebenarnya gerakan kami kan soal tuntutan petani di Pulau Morotai. Cuma karena pihak kepolisian mengambil tindakan represif sehingga sampai memakan korban massa aksi dan bahkan ada warga juga,” ujarnya.

Massa aksi menuntut Kapolres Pulau Morotai dicopot. (Tandaseru/Irjan Rahaguna)

Menurutnya, massa aksi memiliki bukti tindakan represif tersebut.

“Tindakan represifitas yang dilakukan kepolisian itu bukan manipulasi. Di lapangan massa aksi ditembaki dengan gas airmata dari jarak 7 meter sampai memakan korban saat itu,” bebernya.

“Ada bahan bukti yang jelas berupa video. Bahkan dokumentasi itu ada dan sampai pada tahapan kronologis,” tegasnya.