Belajar jarak jauh tanpa internet tersebut menggunakan hybrid learning. Metode tersebut, kata Iriany sudah dikembangkan di Malut. Sayangnya, pemerintah daerah tidak begitu peduli untuk mengembangkannya.

“Menurut saya kepedulian pemerintah daerah itu masih sangat minim untuk pembangunan pendidikan di Maluku Utara. Harusnya kita dorong sehingga proses pembelajaran jarak jauh di saat pandemi seperti ini tidak sesulit sekarang ini. Pandemi seperti ini banyak guru yang putus asa, banyak siswa yang putus asa, karena fasilitas yang sangat terbatas,” tukasnya.

“Banyak guru di Maluku Utara yang belum memiliki kemampuan untuk menggunakan IT. Dan saya melatih 1.800 guru mulai dari nol,” sambung Iriany.

Program Rumah Belajar membuat Iriany bisa membantu menyalurkan bantuan laptop dan chromebook untuk guru dan siswa di daerah 3T.

“Di 2021 Kemendikbud meluncurkan akun belajar.id, di mana semua guru wajib menggunakan program ini, salah satu bisa membuat website gratis, siswa juga bisa membuat blog sendiri. Kalau kita pakai Google Suite, itu harus bayar, bisa Rp 15 juta untuk website,” tuturnya.

Pada seleksi tingkat nasional Google Master Trainer yang merupakan program kolaborasi Kemendikbud, Google for Education dan REFO, dari 1.000 lebih peserta, Iriany terpilih menjadi kapten belajar. Ia mendapatkan SK langsung dari Kemendikbud.

Sederet prestasi dan gelar yang ia peroleh membuat Iriany merasa prihatin di sisi lain. Sebab ia merasa belum bisa membangun sekolah secara maksimal.

“Padahal orang begitu percaya kepada saya. Jadi tahun-tahun ini kita mulai berbenah untuk membangun SMA 2 yang lebih baik,” ucapnya.

Dengan kemampuan dan pengalaman yang luar biasa, Iriany hingga kini masih betah menjadi guru di SMA 2, tempat ia mengabdi sejak 16 tahun lalu.

“Yang membuat saya bangga menjadi guru adalah saya merasa dekat dengan siswa. Menurut saya, menjadi manusia harus berguna untuk orang lain. Mungkin ini ladang amal buat saya. Dengan menjadi guru, saya bisa meraih prestasi-prestasi tadi. Kalau saya jadi kepala sekolah, mana mungkin punya kesempatan untuk itu. Guru punya kesempatan menjadi pioner. Mau mengubah wajah dunia, tergantung guru. Mau mengubah masa depan anak-anak dan wajah bangsa ini, lewat guru. Kalau saya jadi guru, saya harus benar-benar menjadi guru, bukan ‘guru-guruan’. Saya tidak mau terpaksa jadi guru. Saya harus jadi guru yang ada di hati anak-anak, guru yang dirindukan. Ketika anak-anak sukses dan hebat, mereka akan menceritakan ‘saya punya guru lho, namanya ini. Semangat ngajarnya luar biasa. Saya menjadi seperti ini karena dia’. Itulah motivasi terbesar saya menjadi guru,” tandasnya.