Ia pun mendatangi JB dan keduanya terlibat adu mulut.

“Tapi kemudian sudah aman, karena linmas amankan dan papa mantu juga pulang,” terang Irja.

Di tengah perjalanan pulang, tepatnya di depan gereja, seorang warga berinisial EB langsung menyerang Cang.

“Saya cuma bisa lihat dari depan sekolah mereka pukul papa mantu. Selain EB, JB juga ikut pukul,” ujar Irja.

Seorang ketua RT berinisial HM, kata Irja, juga ikut memukul korban. Begitu pula dengan seorang kaur berinisial HB.

Cang Mok, korban pengeroyokan. (Tandaseru/Irjan Rahaguna)

Akibat pemukulan beramai-ramai itu, dari telinga kiri Cang keluar darah. Irja pun langsung membawa mertuanya ke Polres Morotai untuk membuat laporan resmi.

“Kita tidak ke pemdes, langsung ke Polres karena pikir papa mantu berdarah,” pungkas Irja.

Cang Mok yang diwawancarai di Mapolres membenarkan ia mendatangi JB lantaran tak terima menantunya diperlakukan kasar.

“Begitu saya lihat anak mantu ini diancam, saya tidak terima baik. Selaku orang tua menjaga anak mantu punya harga diri. Jadi saya dengan JB baku adu mulut, cuman tidak ada pukulan. Terus saya pulang sampai muka gereja baru EB pukul saya duluan di mulut,” ungkapnya.

“JB juga datang dan dorang kejar saya, dorang langsung pukul. Karena lihat saya so tarika (terlentang, red) saya pe keluarga bantu saya. Pemdes yang terlibat termasuk kaur HB iko pukul dan keroyok saya kiri kanan. Saya pe harapan proses secara hukum,” tambah Cang.

Ketua BPD Desa Lebano, Roni Mok, yang dihubungi melalui sambungan telepon juga membenarkan sejumlah perangkat desa ikut terlibat pemukulan terhadap warga.