“Bahkan ada yang masuk penjara. Yang masuk penjara pernah saya sampaikan harus diundang, bahkan saya berniat memberikan hadiah ke dorang (mereka, red). Walaupun hadiah itu tidak ada harganya dibandingkan perjuangan mereka, tapi paling tidak mereka hadir di panggung dan paling tidak kita ucapkan terima kasih. Mereka itu ada Yornes, Lamjuni, ada Ilong, ada Naro. Itu mereka masuk penjara demi pemekaran,” tegasnya.
Ia menyatakan, bukannya membangga-bangakan diri sebagai pejuang pemekaran, ia hanya ingin pengorbanan rekan-rekannya dihormati.
“Kalau saya sebut ini musibah karena mereka (Pemda dan DPRD, red) sudah mulai melupakan dan mau menghilangkan sejarah ini. Bagi kita sejarah ini tidak bisa hilang. Seperti Soekarno mengatakan ‘jangan sekali-kali melupakan sejarah’. Sekali lagi saya katakan bahwa perjuangan ini adalah perjuangan seluruh rakyat Morotai dan jangan khianati perjuangan ini,” tukas Sakir.
“Anak-anak kita juga harus tahu bahwa Morotai ini merdeka itu karena orang-orang tua kita yang dulu, seperti Haji Imam Lastory. Seharusnya keluarganya diundang dan hadir di sana, tapi ini tidak ada undangan sama sekali,” ucapnya dengan nada kecewa.
Sakir mengaku, pada peringatan HUT kemarin pun kebanyakan yang mengucapkan selamat HUT berasal dari luar daerah.
“Orang dari Ternate WA ke saya, dari Irian Jaya, Gane Timur. Mereka ucapkan ‘Selamat HUT Morotai, Ketua Pemekaran’. Tapi di Morotai sendiri tidak ada yang mengucapkan itu, seperti undangan itu harusnya disebarkan ke semua. Ini momentum milik rakyat Morotai dan di desa-desa ada pejuangnya. Sekali lagi ada pejuang almarhum Haji Mochtar Balakum, Samsudin Banyo, Haji Satar. Yang mungkin ada terlewatkan yang saya sebut. Mereka adalah pejuang,” imbuhnya.
“Seperti anggota DPRD saat itu yang masih di Halmahera Utara, bahkan ada orang yang membaca doa, itu pun pejuang karena mereka mendoakan kita yang berjuang, jadi diundanglah,” pungkas Sakir.
Tinggalkan Balasan