Menurutnya, persoalan KUR ini sudah coba difasilitasi para penyuluh pertanian. Sayangnya, salah satu bank justru menganggap para penyuluh bertindak sebagai calo.

“Kalau saya bilang bank kurang perhatian, tidak juga. Tetapi kenyataan di lapangan para penyuluh sudah menfasilitasi petani hingga ke bank, namun saja dari pihak bank kurang begitu serius dalam melayani. Karena ada anggapan penyuluh itu calo. Seperti penyuluh di Tidore Utara baru-baru ini pernah usulkan 20 petani untuk dapatkan KUR. Padahal tugas penyuluh itu pertama mendampingi petani, dari perencanaan, sampai cari modal, hingga hasil produksi sampai ke tingkat menabung dan sekolah anak, atau sampai ke taraf kesejahteraan,” paparnya.

Imran menambahkan, pada tahun 2021 ini para petani di Tidore mendapatkan bantuan berupa bibit dari APBN maupun APBD sangat banyak. Tentu untuk mengoptimalkan hasil produksi petani perlu mendapatkan suntikan modal dari non pemerintah seperti perbankan.

Bantuan tersebut di antaranya jagung melalui APBN di mana petani mendapatkan jatah 1.000 hektare, padi gogo 300 hektare, bawang 25 hektare, dan cabai 25 hektare.

“Ini tahun 2021 mulai didistribusi ke petani,” pungkasnya.