“Wayabula-Daruba Rp 30 ribu, Daruba-Bere-bere dan Sopi Rp 50 ribu per orang. Tapi terkadang dorang tawar kalau Rp 30 ribu saya kasih Rp 20 ribu, kalau Rp 50 ribu saya kasih Rp 40 ribu. Karena dorang juga kekurangan dengan kondisi Morotai cari uang susah sekali,” imbuhnya.
“Kemarin saya juga suruh orang kampung kerja saya punya kelapa supaya minggu ini saya bisa dapat uang minyak dan bisa cari penumpang,” sambung May.
Bus Damri yang dikemudikan May selama 3 tahun ini adalah milik negara. Ia harus menyetor ke Kantor Damri UPP Tobelo, Halmahera Utara.

“Setor terserah sesuai pendapatan. Untuk sekarang cuma cari uang minyak saja. Kalau pas dapat banyak baru setoran,” ucapnya.
May berharap, pandemi bisa segera berakhir agar kondisi perekonomian Morotai kembali pulih. Sebab yang ia takutkan, perputaran ekonomi justru makin anjlok dari saat ini.
“Semoga corona bisa berlalu, supaya perputaran ekonomi di Morotai kembali membaik,” harapnya.
Tinggalkan Balasan