Tandaseru — Masyarakat Kecamatan Oba selatan, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara sampai saat ini merindukan pemerataan pembangunan khususnya untuk infrastruktur jalan. Pasalnya, kondisi jalan di Oba Selatan sampai saat ini semakin memperhatinkan.
Sepanjang ruas jalan yang dilalui sering ditemui jalan berlubang dan rusak parah. Mirisnya lagi, ketika hujan, sepanjang jalan tergenang air dan membuat arus lalu lintas terganggu.
Pantauan tandaseru.com, Senin (27/7), saat hujan turun di Desa Maidi, jalanan yang dilewati para siswa sungguh mengkhawatirkan. Siswa dan guru SMA Negeri 14 Tikep yang melakukan aktivitas ke sekolah terpaksa melepas sepatunya untuk melewati jalur tersebut. Bahkan ada guru yang ke sekolah pada musim hujan harus menggunakan sepatu boots.
Salah satu guru di SMA 14 Tikep mengungkapkan rasa kecewa terhadap kondisi jalan tersebut. Dia mengaku, bukan baru kali ini siswa dan para guru melewati jalan tersebut dengan kondisi seperti itu. Ia berharap pemerintah tidak tutup mata dan peka terhadap kondisi jalan di Oba Selatan.
“Harapan saya kepada Pemerintah Kota Tikep tidak tutup mata soal ini. Setiap hari siswa-siswi kami kesulitan pergi ke sekolah, apalagi saat musim hujan,” ungkap guru yang enggan namanya dipublikasikan itu.
Terpisah, Ketua Osis SMA 14 Tikep, Mahdan M. Nur menyampaikan, pemerintah terkesan menganaktirikan Kecamatan Oba Selatan.
“Hingga hari ini kami harus kotor dengan lumpur saat ke sekolah, padahal kami juga bagian dari Tikep. Pemkot harus buka mata selebar-lebarnya. Kami juga turut membayar pajak. Jangan tiba masa Pilkada baru datang bawakan janji,” keluhnya.
Sementara Ketua Bidang SDM Forum Peduli Kelangsungan Maidi, Jainudin Safrin mengatakan, nomenklatur jalan yang menuju Desa Maidi adalah jalan kota berdasarkan pengelompokan jalan.
“Jalan ini pernah mengalami pengaspalan pada tahun 1997, sebelum Malut berdiri secara otonom pada 1999 dan Tikep dimekarkan pada 2003. Artinya sampai hari ini jalan Oba Selatan, khususnya jalan masuk Maidi belum merasakan pengaspalan selama 23 tahun terakhir. Hanya dilakukan proses sirtu dengan menimbun, namun tidak bertahan lama dan hari ini sudah rusak,” ungkapnya.
Jainudin menegaskan, kondisi Jalan Payahe-Dehepodo di Ruas Selamalofo sampai Nuku yang masuk nomenklatur jalan provinsi juga sangat tidak layak, bahkan tidak dapat dilalui.
“Banjir di Kecamatan Oba dan Oba Utara serta kondisi jalan Oba Selatan hari ini merupakan bukti kalau Pemkot tidak serius bangun Oba,” tandasnya.
Anggota DPRD Tikep daerah pemilihan Oba, Syafrisal Lasidji yang dikonfirmasi terpisah menegaskan, pemerataan pembangunan khususnya infrastruktur jalan sudah puluhan tahun belum tersentuh hingga ke Oba Selatan. Syafrisal mengaku sudah sejak lama masyarakat di Oba Selatan merindukan kondisi jalan yang bagus.
“Karena sepanjang jalan di Oba Selatan sampai sekarang sudah rusak parah, bahkan kendaraan yang lewati juga sangat terganggu,” tegasnya.
Syafrisal mengaku, siswa yang hendak berangkat ke sekolah jika melewati jalan Desa Maidi selalu merasa kesulitan.
“Karena jalan tersebut sudah tergenang air, kalau lewati terpaksa harus buka sepatu mereka, kalau tidak kotor. Ini tentu sangat memprihatinkan dan perlu menjadi perhatian serius bagi Pemkot,” ujarnya.
“Kalau jalan ini nomenklatur jalan provinsi, seharusnya koordinasi itu dibangun oleh Pemkot. Kalau puluhan tahun jalan ini tidak diperbaiki ini bukti lemahnya koordinasi Pemkot dan Pemprov,” imbuhnya.
Syafrisal menjelaskan, jika alasannya kondisi keuangan daerah, Pemkot dan Pemprov harus punya upaya lain untuk berkoordinasi dengan Balai Jalan dan Jembatan.
“Agar keresahan masyarakat dan kerinduan masyarakat soal pemerataan infrastruktur khususnya jalan ini bisa cepat terealisasi, karena kami di DPRD sudah berulangkali menyuarakan hal ini. Memang diakui jalan dari Selamalofo sampai Nuku sudah rusak parah,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan