Tandaseru — Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara telah mengusulkan anggaran perbaikan dan pembangunan talud penahan ombak ke Pemerintah Pusat. Setidaknya, ada 26 desa yang taludnya akan dibangun dengan permintaan anggaran sebesar Rp 120 miliar.

Kepala Bidang SDA Dinas PU Pulau Morotai Muhammad Dermawan kepada tandaseru.com menyatakan, kerusakan talud sudah terdata di sekitar 26 desa di enam kecamatan. Dinas PU telah melalukan survei dan pendataan serta pengusulan anggaran.

Kabid SDA Dinas PU Pulau Morotai, Muhammad Dermawan. (Tandaseru/Irjan)

“Kalau untuk survei awal kita sudah surve ke lapangan untuk mendata kebutuhan berapa panjang talud, kedalaman galiannya berapa, dan cara penanganannya seperti apa, serta pemasangan titik koordinat awal dan titik koordinat akhir. Semua sudah dituangkan ke dalam bentuk proposal dan sudah diajukan semua proposal baik ke Pemerintah Provinsi Maluku Utara, BWS Maluku Utara dan kementerian terkait di pusat. Kalau tidak salah sudah kurang lebih 4-5 bulan yang lalu,” kata Dermawan di ruang kerjanya, Kamis (5/11).

Dermawan bilang, sebagian talud mengalami kerusakan parah dan sedang. Sementara sebagian lagi perlu ditambah ketinggiannya.

“Misalnya untuk Daruba Pantai mungkin ada penambahan ketinggian talud yang sekarang. Untuk tipe taludnya seperti yang saat ini dibangun di Desa Bere-Bere, Pulau Rao,dan Buho-Buho. Kita pakai susunan batu boulder,” tuturnya.

Survei kondisi talud, sambung Dermawan, melibatkan para kepala desa dan jajaran pemerintah desa. Menurutnya, kemungkinan ada penambahan jumlah desa yang harus diperbaiki taludnya.

“Untuk saat ini 26 desa yang sudah terdata itu di Kecamatan Morotai Selatan ada Desa Mandiri, Totodoku, dan Kolorai. Morotai Timur Desa Gamlamo, Sangowo, Hino, Rahmat, dan Mira. Morotai Utara Desa Bere-Bere, Maba, Tanjung Saleh, Sakita, dan Lusuo. Morotai Jaya Desa Podimor, Sopi, Titigogoli, dan Libano. Morotai Selatan Barat Desa Cucumare, Usbar Pantai, Ciogerong, Ciomaloleo, Tutuhu, Raja, dan Tiley Kusu. Serta Kecamatan Pulau Rao Desa Loleo Rao dan Aru Burung,” urainya.

“Talud di Morotai hampir semua rusak, dan ada yang paling parah juga seperti di Kolorai. Saya turun survei mulai dari Morotai Selatan, pengambilan data di lapangan kurang lebih dua minggu,” ungkapnya

Dermawan menyebutkan, saat ini tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga tengah melakukan verifikasi kerusakan bangunan akibat gempa di Morotai. Tim ini didampingi Dinas PU, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Perumahan dan Permukiman Morotai.

Senada, Kepala Dinas PU Morotai Abubakar A. Rajak menyatakan untuk kerusakan talud yang ada di Pulau Morotai pihaknya sudah mengusulkan anggaran ke Kementerian PUPR dan BNPB.

Kepala Dinas PU Pulau Morotai, Abubakar A. Rajak. (Tandaseru/Irjan)

“Usulan total Rp 120 miliar sudah masuk di Balai SDA Kementerian PUPR dan BNPB. Mudah-mudahan diakomodir,” ucapnya.

Abubakar bilang, talud yang ada di Morotai jika menggunakan beton tak mampu menahan hantaman ombak.

“Kalau pakai beton tidak menahan, jadi harus pakai batu keras, karena kondisi Laut di Morotai itu laut lepas jadi ombaknya kencang-kencang. Seperti talud yang sudah diperbaiki di Momiju, itu kuat sekali karena dia pakai batu besar-besar,” tandasnya.