Tandaseru — Perempuan, sejak zaman purba, lekat dengan sifat mulianya, mengalah demi kepentingan yang lebih besar. Meletakkan ego pribadi di bawah kebaikan orang banyak.

Penghormatan pada perempuan ini membuat Asghar Saleh memilih kata Momole sebagai judul antologinya yang lahir pada 2024, Momole: Titik Nol Peradaban. Momole berasal dari dua kata: Mo, kata sifat yang menunjukkan keperempuanan, dan mole yang artinya kekuatan atau kebesaran.

Asghar memberi perhatian lebih pada Momole Guna, pemimpin perempuan yang memimpin marga (kampung) Tobona di Ternate, sebelum fase kerajaan muncul. Konon ia mendominasi kepemimpinan empat marga -Tobona, Toboleu, Foramadiahi, Tabanga.

Pada satu titik, ketika bergabungnya empat koloni untuk mendirikan kerajaan Ternate, Guna merelakan dominasi kepemimpinan beralih ke tangan Cico, pemimpin Sampalo, yang belakangan dikenal sebagai Kolano Baab Mashur Malamo, raja pertama Ternate.

Pengorbanan Momole Guna, dan sifat-sifat mulia perempuan lainnya, membuat Asghar meletakkan “Donci for Mama (Perempuan Ambon dalam Lagu)” sebagai tulisan perdana dalam karyanya, Momole: Titik Nol Peradaban, yang total memuat 74 kumpulan tulisan.

Penghormatannya pada eksistensi perempuan juga ia tuangkan dalam tulisan berjudul Perempuan. Asghar menggambarkan bagaimana perempuan menjadi korban objektifikasi sejarah yang ditulis laki-laki. Ketakutan akan kekuatan perempuan membuat laki-laki menggambarkan perempuan sebagai makhluk menakutkan. Namun perempuan-perempuan hebat dari timur seperti Martha Cristina Tiahahu dan Boki Fatimah berhasil mendobrak stigma perempuan sebagai makhluk lemah dan terbelakang. Kiprah perempuan ini berlanjut hingga Noura Al Matrooshi, astronot perempuan Arab pertama.

Tingginya penghormatan terhadap perempuan terasa sempurna dengan hadirnya dua perempuan hebat, Prof. Dr. Sylviana Murni dan Dr. Ir. Faidah Azuz, M.Si, sebagai pembedah karya Asghar, Momole: Titik Nol Peradaban dan Humans of North Moluccas: Inspirasi dari Negeri Rempah. Diskusi buku ini digelar di Royal’s Function Hall Ternate, Minggu (31/3/2024). Selain dua pembedah itu, hadir pula Sultan Tidore Husain Alting Sjah, dan empat anggota DPD RI lainnya, yakni Ahmad Kanedi, Muhammad Syukur, Evi Apita Maya, dan Andi Nirwana.