Tandaseru — Fitriani Basri menangis sejadi-jadinya di hadapan M Syahran Laturua. Kasi Ops Basarnas Ternate itu merupakan orang terakhir yang melihat putranya dalam kondisi sehat. Pertemuan pada Rabu (5/2/2025) malam di kantor Basarnas itu berlangsung haru.

Putra Fitriani, Sahril Helmi, menjadi salah satu korban ledakan RIB 04 Basarnas. Sejak peristiwa ledakan pada Minggu (2/2/2025) malam, hingga kini jurnalis Metro TV itu masih dinyatakan hilang.

Sudah dua hari pula Fitriani dan suami serta putra keduanya ikut pencarian Sahril. Dua hari terombang-ambing di laut, tubuhnya tak mengenal lelah. Yang ia pikirkan hanya nasib putranya.

Sementara itu, Syahran adalah korban terakhir yang dievakuasi Polairud. Ia juga bertindak sebagai ketua tim operasi evakuasi dua nelayan yang mengalami mati mesin.

Siapa sangka panggilan telepon dari dua nelayan bernama Udin dan Darwin Minggu sore itu menjadi awal petaka yang merenggut tiga nyawa dan menghilangkan satu korban. Usai menerima informasi mati mesin perahu dua nelayan di perairan Gita, Tidore Kepulauan, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas dan Polairud bersiap melakukan evakuasi.

Sahril yang sore itu bertukar pesan dengan Kepala Basarnas Ternate Iwan Ramdhani soal rencana jogging, justru meminta izin ikut evakuasi. Iwan yang baru empat hari dilantik sempat menanyakan keseriusan Sahril. Setelah Sahril menegaskan keikutsertaannya, Iwan memerintahkan Syahran untuk memimpin operasi.

“Karena ada teman media yang ikut, saya minta Kasi Ops yang pimpin langsung untuk ngawal,” ujar Iwan saat ditemui di kantornya, Senin (3/2/2025).

Sekira pukul 9 malam, tim SAR bertolak dengan RIB 04 dari pelabuhan Ahmad Yani Ternate. Menurut Syahran, dalam perjalanan evakuasi itu tim selalu berkomunikasi dengan dua nelayan tersebut. Bahkan keduanya sempat saling tukar kode lampu.

Namun 10 menit sebelum mencapai titik dua nelayan, boat naas itu tiba-tiba meledak. Ledakan yang diduga berasal dari lantai boat itu membuat sejumlah orang terlempar ke laut. Bahkan tiga sampai empat kursi besi RIB tercerabut dari lantai.

“Mereka (anggota tim lain, red) panggil-panggil saya ‘pak kasi, pak kasi, di mana?'” kisah Syahran dengan suara tercekat.

Ia lantas menangis terguncang. Betapa tidak, dua anggotanya, Fadli Malagapi dan M Riski Esa, tewas dalam peristiwa itu, bersama anggota Polairud Bharatu Mardi Hadji.

Syahran sendiri terlempar saat ledakan namun ia berpegangan di besi RIB. Beberapa saat kemudian tangannya kebas dan tubuhnya terlepas jatuh ke laut. Pria yang juga baru empat hari bertugas di Ternate itu lantas berenang ke bagian belakang RIB dan memanjat naik lewat tangga.

“Saat itu mesin RIB masih nyala. Jadi saya putar setir, siapa tahu masih ada korban lain. Tapi tidak lama kemudian mesinnya mati,” ungkapnya.

Adalah KM Cantika Lestari 10 yang kemudian menolong para korban. Kapal itu dalam perjalanan dari pelabuhan Gita menuju Manado.

Syahran menjadi orang terakhir yang dievakuasi. Bahkan ia sempat dinyatakan hilang dalam laporan-laporan awal. Syahran hanyut dengan RIB. Beruntung HP-nya bisa diselamatkan dan ia sanggup mengirimkan posisinya ke kantor. Belakangan Syahran diselamatkan kapal Polairud dan dievakuasi bersama RIB dengan kondisi luka di kaki dan lebam di pinggang.

Sebagai orang yang bertanggungjawab memimpin operasi evakuasi, Syahran tak bisa melepaskan rasa bersalahnya.

“Kalo bisa memilih, lebih baik saya (yang jadi korban) daripada anggota saya,” ujarnya getir.

Di hadapan Fitriani, Syahran pun tak bisa menyembunyikan tangisannya. Sementara ibu empat anak itu menangkupkan tangannya dan memohon Basarnas tak menghentikan pencarian sebelum putra sulungnya itu ditemukan.

“Tolong jangan hentikan pencarian sebelum anak saya ketemu. Saya tara mau dia di luar sana. Saya tara bisa bayangkan dia di luar bagitu,” tangisnya pecah. Ayah Sahril, Helmi Sahbudin Kasim, yang duduk di sampingnya tertunduk pilu.

Fitriani mengaku menyesal tak mengetahui Sahril ikut operasi evakuasi. Seandainya tahu, tentu ia akan melarangnya.

“Tolong jang kase biar dia di luar sana, tolong cari dia,” pintanya.

Syahran langsung memeluk Fitriani dan ikut terisak. Ia lantas meminta doa agar proses pencarian dimudahkan.

Sebelum meninggalkan kantor Basarnas, Fitriani menghampiri para jurnalis yang tak lain adalah rekan-rekan putranya.

“Kase maaf il ee, supaya cepat tong dapa dia,” ucapnya.

 

 

Ika Fuji Rahayu
Editor
Ika Fuji Rahayu
Reporter