Tiga hari pertama di Morotai, Afif mengaku memilih beristirahat mengumpulkan tenaga. Usai itu, dirinya memulai berjualan es cendol dengan gerobak dorong milik ayahnya.

Kala itu, Afif terus berjualan es cendol hingga 6 tahun lamanya. Dia berjualan keliling Kota Daruba, Morotai dengan menyasar pembeli di sekolah-sekolah.

Selama itu pula, pria murah senyum ini menempuh jalanan berkilo-kilometer. Kala itu jalan masih banyak berlubang. Afif memulai aktivitasnya ini sejak pagi dan pulang ke rumah saat hari berganti malam.

“Saat itu saya jualan cendol dari pelabuhan feri lanjut keliling Desa Wawama tantangannya besar. Mulai dari medan jalan naik gunung turun gunung. Terkadang ban gerobak saya berulang kali bocor, dan saat itu rasa lelah luar biasa. Tapi Alhamdulillah hasilnya sampai sekarang saya sangat bersyukur,” ungkapnya.

Selama di Morotai, Afif yang sempat menetap di Desa Darame ini mengaku dagangan es cendol dan kemudian pentol selalu laris manis. Hal itulah yang membuat semangatnya semakin terpacu untuk lebih giat lagi bekerja.

“Terkadang saya kejar waktu, tidak sempat sarapan sudah berangkat keliling, jadi dibalik penderitaan ada kesuksesan pasti kita dapat, jadi anak muda jangan menyerah,” ucapnya.

Pria yang akhirnya melepas masa bujang di tahun 2014 setelah menikahi gadis yang juga asal Tuban ini mengatakan, hanya dalam setahun berjualan dirinya dapat membeli satu unit sepeda motor.

Karena telah berumah tangga, Afif yang sempat merintis usaha bersama ayahnya kemudian memilih berjualan dengan modal sendiri. Hasilnya, Afif bisa meraup omzet jutaan rupiah perhari.

“Lepas dari orang tua saya jualan sendiri dengan modal Rp 1 juta saja, jadi Alhamdulillah omzet dalam sehari itu Rp 2 juta dan bersih sekitar Rp 1,2 juta,” akunya.