Sekilas Info

Plaza Gamalama Modern, Aset yang Terabaikan

Ahmad Yani Abdurrahman. (Istimewa)

Oleh: Ahmad Yani Abdurrahman
_______
DI tengah suasana bulan Syawal, hari lebaran, Plaza Gamalama Modern Ternate nyaris terbakar. Penyebabnya bukan karena tingginya pemakaian listrik yang melebihi daya atau bebannya, tapi ada insiden pencurian kabel. Pelaku sepertinya menduga bangunan yang diresmikan Haji Bur, panggilan akrab Wali Kota Ternate 2 periode, melalui proyek multiyears dengan anggaran puluhan miliar itu tidak lagi digunakan dan menjadi rumah hantu.

Karena nyaris terbakar dan merupakan insiden biasa, peristiwa tidak menggemparkan publik atau jadi bahan diskusi. Namun dari insiden ini saya jadi teringat sebuah forum Desak Anies saat Pilpres lalu. Dalam forum itu seorang mahasiswa melontarkan pertanyaan pada Anies Baswedan jika terpilih menjadi Presiden apakah akan melanjutkan program Presiden Jokowi seperti IKN? Pertanyaan tersebut bukan tanpa alasan. Sang mahasiswa rupanya telah membaca fenomena perilaku kepemimpinan di Indonesia mulai dari Presiden sampai kepala desa cenderung tidak lagi melanjutkan program pemimpin sebelumnya.

Anies Baswedan pun menjawab pertanyaan sang mahasiswa dengan argumentasi yang rasional. Intinya Anies mengemukakan akan melanjutkan program pemimpin sebelumnya kalau itu sangat baik dan bermanfaat untuk rakyat, kemudian mengoreksi dan menyempurnakan apabila terdapat kekurangan yang perlu dibenahi dan terakhir menghilangkan bila tidak bermanfaat bagi rakyat. Ini telah dibuktikan ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Jawaban Anies menjadi sangat relevan dengan keberadaan Plaza Gamalama Modern, sebuah bangunan megah di pusat Kota Ternate yang belum difungsikan. Masyarakat Ternate pasti akan bertanya-tanya mengapa bangunan itu belum difungsikan? Apakah masih ada fasilitas lain yang belum tersedia atau memang Wali Kota Ternate enggan memanfaatkan dan melanjutkan karya pemimpin sebelumnya?

Saat ini, mau memanfaatkan atau tidak, suka atau tidak suka, Plaza Gamalama Modern merupakan aset Pemerintah Kota Ternate. Bangunan bernilai ekonomis, menjadi salah satu potensi PAD Kota Ternate. Bahkan belum dimanfaatkan pun sudah memberi kontribusi terhadap PAD, Plaza Gamalama Moderen dijadikan fictitious revenues atau pendapatan fiktif dalam APBD, tujuannya menjaga keseimbangan dan memperkecil defisit.

Kini masa jabatan Pemerintahan dengan tagline Ternate Andalan tidak cukup setahun lagi berakhir. Plaza Gamalama Modern masih belum jelas mau dijadikan apa meskipun usianya sama dengan masa jabatan wali kota. Kita semua pasti sepakat bangunan itu janganlah menjadi “rumah hantu”. Dilanjutkan dan benahi menjadi pilihan terbaik, meski dibangun wali kota sebelumnya karena bangunan itu telah menguras uang rakyat puluhan miliar.

Pemanfaatan bangunan itu akan menemui pepesan kosong jika hanya menjadi bahan diskusi dan studi banding para kadis atau OPD terkait tanpa ada perhatian wali kota sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah atau BMD. Peran strategis dimaksud telah memberi otoritas kepada wali kota untuk menentapkan kebijakan penggunaan BMD termasuk pemanfaatan dan penggunaannya .
Dalam kapasitas tersebut Wali Kota Ternate sebenarnya sedang ditantang masyarakatnya, mau diapakan bangunan megah yang dibangun dari uang rakyat. Sebuah ujian atas kapasitas leadhersip seorang Kepala Daerah pilihan rakyat.

Selanjutnya 1 2