Sebagai kritik untuk kita semua, sebagian besar partai dan ormas menjadikan Pancasila sebagai haluan organisasi, tapi tak satupun yang berani menyerukan wujud sosialisme Indonesia. Sama seperti negara ini, mengkapitalisasi hajat hidup orang banyak atas nama Pancasila. Takut dilabeli komunis. Padahal tidak, sosialisme dan komunis itu dua hal yang berangkat dari term-nya masing-masing. Sosialisme Indonesia kata Hatta, paduan dari sosialisme barat, Islam dan Adat Istiadat Nusantara.
Sosialisme Indonesia ialah tugas dan takdir kesejarahan kita sebagai bangsa yang merdeka. Kita telah mengikat perbedaan atas nama persatuan dan persamaan nasib bangsa terjajah tempo dulu. Bukan apa-apa, Pancasila hanyalah perekat falsafah dan penyuluh pemikiran untuk bangsa dan manusia yang merdeka seutuhnya. Ia berguna, ketika bangsa ini berani berjalan di atas pemikiran dan jiwa bangsa yang besar dan merdeka.
Pancasila, suatu ikhtiar inklusi sosial demokrasi kebangsaan, mensyaratkan keberagaman kultur dan identitas peradaban manusia Indonesia. Tak lain ialah Masyarakat Adat Nusantara, muasal Indonesia. Ia saling tali-temali. Bagaimana bisa merawat pluralitas kultur dan identitas yang harmoni, sementara melepaskan dimensi ekologis dari problem sosial. Apalagi mendorong laju perampasan ruang hidup secara sistematik, struktural dan masif.
Kalaulah kita baca Pancasila dalam pendekatan gerakan sosial, ia adalah titik singgung pendekatan gerakan sosial baru, tanpa menegasikan pendekatan proses politik, mobilitas sumber daya dan perilaku kolektif – tergantung ruang dan waktu.
Pancasila dalam term gerakan sosial baru ialah kiri yang religius, kiri yang populis, kiri yang kritis, kiri yang ekologis, kiri yang demokratis. Bung Karno juga bilang, Pancasila itu Kiri.
Inilah tugas gerakan mahasiswa, yang harus menggempa di kampus-kampus dan bergemuruh bersama rakyat di jalanan, juga di kampung-kampung. Mendepak sama sekali politik populisme kanan yang mengkomoditasi Pancasila; agama, kultur, identitas dan sentimen primordial yang membajakan kesatuan kekuasaan untuk melayani dirinya sendiri.
Tinggalkan Balasan