Kita ini masyarakat sudah terlalu banyak menampung kegelisahan. Jadi kalau benar-benar peduli terhadap masyarakat cobalah sedikit saja berkontribusi terhadap masyarakat. Misalnya setiap hari itu turun ke masyarakat. Kalau belum ada rapat bersama pemerintah cobalah duduk bersama masyarakat, jangan dulu sibuk beli mobil baru. Kami rakyat sudah paham berapa banyak SK yang kalian gadai di bank-bank. Tapi semoga itu tidak menjadi problem tapi saling terbuka.
Jadi tulisan ini adalah sebuah ikhtiar terutama untuk politisi muda yang akan bergegas menuju 2024. Jangan gegabah, pelan-pelan wae. Pantau sekeliling, lihat lampu merah berhenti, lampu hijau jalan, lampu kuning berhati-hati. Kalau kalian mengikuti arahan masyarakat yakin semua usaha itu akan menjadi satu pemantik untuk perubahan di daerah. Jangan dulu bangun pagar atau selokah, sudah terlalu lama kita ini membangun tembok-tembok. Rakyat itu butuh inovatif bangunlah pemikiran masyarakat biar mereka juga paham bagaimana mengolah anggaran menjadi sesuatu bermanfaat bagi rakyatnya.
Sebagai penyair saya menyarankan sebelum kalian memulai komitmen menjadi anggota DPRD, lebih baiknya kalian menulis di media-media lokal tentang pemikiran kalian soal daerah ini, tetapi dengan gaya penulisan yang objektif dan realistis. Biar masyarakat bisa memahami bahwa kalian juga punya kontribusi terhadap literasi. Wong orang-orang terdahulu kontribusi mereka besar karena menulis. Coba tengok Syahrir, Agus Salim, Tan Malaka, Soekarno, Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, masih banyak lagi dan cerita mereka abadi. Kalau politisi hanya bermodal kopi segelas lalu bicara di forum-forum diskusi, Soekarno sudah lebih jago. Bagaimana tidak, Soekarno saja mendapatkan ide menulis Pancasila di bawah pohon sukun ketika diasingkan ke NTT. Semoga kalian politisi muda bisa mendapatkan ide untuk membangun daerah ini, entah di bawah pohon rambutan, ketapang, pepaya, atau kelapa. Kami tunggu kontribusi kalian untuk negeri ini. Monggo! (*)
Tinggalkan Balasan