Dari 20 liter solar itu pun bila kuotanya tersedia maka dijual dengan harga Rp 8.000 sampai Rp 10.000 perliter bukan dengan harga subsidi Rp 6.800. Sementara harga dexlite lebih mahal lagi yakni Rp18.000 perliter.
Kondisi tersebut, dalam hitung-hitungan para KSL, jika terus beroperasi maka mereka yang justru merugi.
Dia mencontohkan, untuk sekali pengangkutan barang ke wilayah Halmahera Tengah misalnya, bayarannya untuk para sopir truk lintas yakni sebesar Rp4 juta.
Uang tersebut termasuk untuk pembelian BBM yang bisa mencapai Rp2 juta ditambah biaya pengangkutan truk ke kapal Ferry Rp600 ribu lebih belum lagi biaya makan minum dan ongkos buruh bongkar-muat.
“Itu sudah kita hitung kalkulasinya itu minus Rp250 ribu. Tidak ada keuntungan bagi teman-teman sopir ini. Mereka sudah beraktivitas tetapi tidak membawa pulang hasil, jadi buat apa mereka beraktivitas lebih baik mereka stop dulu aktivitas sampai ada solusi dari pemerintah daerah,” jelas dia.
Tinggalkan Balasan