Dalam praktik promosi misalnya, literasi digital adalah sebuah keniscayaan yang dibutuhkan oleh manusia yang hidup di zaman yang penuh ketergantungan pada layanan internet dan kebutuhan akan berjejaring di media sosial saat ini.
Dengan kemajuan zaman tersebut pula, orang dapat menikmati layanan virtual untuk berwisata tanpa harus hadir secara fisik pada sebuah destinasi yang dianggap membutuhkan biaya, waktu dan tenaga ekstra untuk menjangkaunya.
Berbagai layanan virtual pada destinasi wisata tersebut meskipun diakui akan berbeda cita rasa (taste) jika dibandingkan dengan kehadiran langsung secara fisik di lokasi sebuah destinasi wisata.
Hal ini terbukti di masa pandemi Covid-19, banyak layanan destinasi wisata yang mencoba untuk tetap eksis di tengah larangan pemerintah untuk keluar rumah (work from home) maupun ketika kebijakan lockdown yang turut berdampak pada dunia pariwisata beberapa waktu lalu. Bahkan dalam dunia Meeting, Incentife, Convention, and Exibition (MICE) terpaksa ikut terpengaruh atau kena dampak juga sehingga harus dilakukan dalam bentuk virtual (meeting zoom) dan lain-lain.
Meskipun demikian, pada konteks tertentu, sebagai langkah adaptasi dimasa pademi tersebut maka wisata virtual merupakan pilihan yang fektif, edukatif dan juga tentunya rekreatif. Hal demikian sengaja dilakukan untuk terus menghidupkan dunia pariwisata beserta ekosistem pariwisata yang menyertainya.
Tinggalkan Balasan