“Dan bahkan kerajinan dan keripik itu laris di pasaran sampai saat ini, tapi sayangnya bahan baku itu bukan dari Jawa, itu semua beli dari luar. Kan kita tahu sendiri Jawa lahannya gimana. Mau tebang pohon pisang milik orang pasti digebukin,” kata Luluk.
Sudah banyak instansi yang memakai jasa Luluk untuk memberikan pelatihan seperti ini.
“Dan alhamdulillah setelah memberikan pelatihan, sampai sekarang UKM bisa hidup dengan kerajinan seperti ini. Jadi sayang kalau di Tidore tidak dimanfaatkan, apalagi pisang di Tidore besar-besar dan berkualitas, di Jawa pisangnya kecil sekali. Kalau Tidore bisa manfaatkan ini, kualitasnya luar biasa,” ujarnya.
Jika masyarakat Tidore menganggap susah bersaing dengan orang Jawa soal keterampilan seperti itu, Luluk meyakinkan ada cara lain untuk bisa datangkan uang.
“Caranya itu kumpulkan pelepah pisang itu, dan dikirim ke Jawa melalui tol laut. Saya jamin tidak ada yang tidak beli, pasti berebut dan dicari. Seharusnya pemerintah setempat sudah pikirkan hal ini, bila perlu lebih banyak giatkan lagi pelatihan seperti ini guna mengasah UKM kita,” pungkasnya.

Sementara Kepala Seksi Kelembagaan dan Pengawasan Koperasi Dinas Perindagkop dan UKM Kota Tidore Kepulauan, Karim Rabo menjelaskan, pelatihan UKM itu merupakan pelatihan yang bersumber dari Disperindagkop dengan menggunakan dana alokasi khusus non fisik.
“Pelatihan keterampilan atau handicraft bagi pelaku usaha mikro di bidang industri dan kerajinan pelepah pisang ini merupakan pelatihan pertama di Tidore, mungkin di Maluku Utara. Narasumber yang dihadirkan yaitu Luluk Syofiatun Ekaningsih dari LPK Bangkit Mandiri Wanita Karanganyar, Jawa Tengah,” terangnya.
Karim mengatakan, kegiatan pelatihan ini dilaksanakan untuk mendidik peserta pelatihan agar lebih produktif dan banyak varian atau bentuk baru yang menarik. Diharapkan, UKM bisa berkembang lebih baik khususnya pada keterampilan kerajinan pelepah pisang yang melimpah di wilayah Kota Tidore Kepulauan.
Tinggalkan Balasan