Oleh: Mansyur Armain

 

SUDAH waktunya pemuda bangkit. Sebuah pesta anak-anak muda Tidore Kepulauan yang digagas dalam bentuk pagelaran. Music for Freedom yang menampilkan berbagai sosok dan karya pemuda.

Malam itu, langit cerah. Suasana Pantai Tugulufa makin ramai. Orang-orang datang penuh gembira. Tak kaku. Angin laut, dan pepohonan teduh. Tamu perempuan berhijab maupun tidak penuhi tempat duduk di Pantai Tugulufa.

Di persimpangan panggung, ada teras kopi dari rumah tua dan kopi dari Kadato Kie yang dimunculkan oleh anak-anak muda Tidore.

Dua tenda kopi itu, kalau diperhatikan banyak pengunjung.

“Kalau rumah tua, mereka memakai kupon yang dibagikan kepada pengunjung dalam Music for Freedom, kemudian membawanya ke kasir, guna mendapat satu gelas kopi. Sedangkan kopi yang dibuat oleh anak muda lain, berbeda dengan rumah tua. Walau dibungkus dengan plastik. Tapi, bagi saya, dua rumah kopi itu mencerminkan mereka mempunyai usaha dan kerja keras untuk mempromosikan karya mereka,” ucap saya saat berbincang ringan dengan kasir rumah tua.

Tak terlalu dingin. Di akhir pekan, tepat tanggal 30 Oktober 2020, cuaca yang bagus. Bulan bintang cerah di mata pemuda. Keakraban, kebersamaan, dan kekompakan terlihat begitu terbangun.

Music for Freedom menghadirkan Treeshome, Teguh Tidore, Corner Project, Perspektif Terbalik, Vikrykiw, Rusli Oces, Haris Son yang disponsori oleh rumah tua Tidore. Selain itu, ada Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tidore Kepulauan AKBP Busranto Abdulatif beserta jajarannya, Marwan Polisiri, maupun pihak kepolisian yang mengawasi jalannya kampanye anti narkoba.

Pantauan saya dengan mata kepala, inovasi dan kreatifitas panggung dibuat begitu sederhana. Itu dalam pikiran saya. Namun, pandangan para penonton, panggung yang didesain itu, adalah hasil karya tangan anak-anak muda yang dipolopori oleh Babang Eros bersama teman-temannya.

***

Sebagai pembuka, sosok perempuan berhijab tampil lebih dulu. Saya kurang tahu namanya. Ia menggunakan gaun hitam dan hijab warna putih. Menggunakan sepatu Converse, mata penuh percaya diri, dan wajah agak bulat, serta berkulit putih.

Ingatan saya masih tersimpan di kepala. Lagu Bendera yang ia nyanyikan pertama. Lagu Bendera yang dibawakan Kikan dengan grup Band “Cokelat” mengguncang Pantai Tugulufa.

Pandangan mata tertuju. Semua kamera diarahkan ke sosok perempuan dengan gaun hitam dan hijab warna putih. Begitulah sosok perempuan yang tampil penuh semangat. Begitulah. Pemuda-pemuda harus bangkit. Oktober bulan pemuda. Kalau bukan anak muda siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Ungkapan itu muncul dari mulut seorang perempuan yang sempat saya dengar.

Pada penampilan kedua, anak muda dari Perspektif Terbalik. Dua lagu ciptaannya, disuarakan di Pantai Tugulufa. Suara khas itu terlalu hening, kalau diikuti dengan saksama. Penonton bertepuk tangan dan bersorak-sorak dari belakang. Yang jauh mendekat. Yang dekat, duduk sambil menikmati malam dengan lagu-lagunya.

Sedangkan di penampilan selanjutnya, ada Kepala BNN Kota Tikep AKBP. Busranto Abdulatif, Ari Son, dan Rusli Oces. Dua pemuda ini bagi saya mempunyai sejuta catatan pengalaman yang luar biasa yang tak dimiliki oleh pemuda di Kota Tidore Kepulauan.

Menurut Kepala BNN Kota Tikep AKBP Busranto Abdulatif, Indonesia darurat narkoba. Dengan kondisi seperti ini, Presiden mengeluarkan instruksi tahun 2020 tentang rencana aksi nasional pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkotika tahun 2020.

Maluku Utara melalui MPM Maluku Utara dan BMK di tiga kabupaten/kota, yakni BMK Kota Tidore Kepulauan, BMK Halmahera Utara, dan BMK Pulau Morotai, terus mencegah peredaran narkoba di Maluku Kie Raha. Menurut data, Provinsi Maluku Utara berada di urutan 32 dari 34 provinsi di Indonesia dengan jumlah orang yang pernah memakai narkotika sebanyak 191 jiwa atau tingkat persentasenya 0,2 persen.

Menurutnya, tren penyalahgunaan saat ini terjadi dari kota sampai ke polosok desa. Oleh karena itu, BNN berharap semua pihak mengambil bagian dalam upaya pencegahan dan pemberatantasan dan peredaran penyalahgunaan narkoba tanpa terkecuali generasi muda.

“Kampanye anti narkoba yang dikemas dalam bentuk pagelaran seni di malam hari ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya kepada generasi muda untuk hidup 100 persen sehat, sadar, produktif, tanpa narkoba,”ungkap Busranto.