Tandaseru — Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ternate Mohammad Yamin Tawary dan Abdullah Tahir (YAMIN-ADA) berkomitmen mewujudkan cita-cita dua tokoh sentral yang lebih dulu berpulang yakni mendiang Syamsir Andili dan Sultan Ternate Mudaffar Sjah.
Hal itu disampaikan Yamin Taway dalam orasi politiknya pada kampanye terbatas di Kelurahan Santiong, Sabtu (3/10).
Yamin menyatakan, ia terinspirasi gaya kepemimpinan mantan Wali Kota Ternate Syamsir Andili yang memimpin orang Ternate dengan bobaso se rasai (kasih sayang). Dua wakil wali kota di masa kepemimpinan Ko Syam, yakni Iskandar M. Djae dan Amas Dinsi, kata Yamin, banyak mendapat tugas-tugas penting dari Syamsir Andili.
“Iskandar M. Djae, dalam satu kesempatan kepada saya mengaku banyak sekali diberikan tanggung jawab, salah satunya dipercaya mencari persetujuan membangun Masjid Raya yang ada saat ini. Itu tugas Iskandar M. Djae,” kata Yamin.
Kala itu, menurut Yamin, Syamsir menghendaki agar masjid raya itu dibangun di atas laut. Namun, sisi kiri masjid yang telah direklamasi saat ini menghilangkan kesan masjid tersebut berada di atas laut.
“Jadi sekarang masjid di pinggir laut, bukan di atas laut. Banyak kantor-kantor yang simbolnya cengkih dan pala sekarang ditutupi,” keluhnya.
Karya Ko Syam, tambah Yamin, membekas dengan gagasannya Ternate Madani namun sayangnya perlahan terganti.
“Madani itu beradab, maju. Dan sayangnya kemudian itu diganti,” ucapnya.

Menurutnya, menjadi pemimpin tidak perlu merasa lebih hebat dari pendahulu. Oleh karena itu, Yamin mengecam gaya kepemimpinan yang dengan sengaja menghilangkan karya dari pemimpin sebelumnya.
“Kita berhak melanjutkan kalau itu baik, kita bisa mengoreksi jika dianggap itu tidak baik. Tapi jang menghilangkan. Tara bisa,” imbuhnya.
Selain Ko Syam, menurut Yamin, tokoh inspirasi yang berjasa tidak hanya untuk warga Kota Ternate, tapi Maluku Utara yakni mendiang Sultan Mudaffar Sjah.
“Menurut Sultan Ternate, Ternate ini ada tiga hal, yakni sebagai kota dagang, kota pendidikan, dan kota budaya atau kota pariwisata-jasa,” ungkapnya.
Fokus pengembangan pada tiga sektor itu bagi Yamin sangat relevan menciptakan lapangan pekerjaan. Sebab, Ternate saat ini telah menjadi pintu keluar-masuk perdagangan Maluku Utara. Caranya dengan memanfaatkan ketergantungan bersama sesama daerah terkait ekspor-impor barang dan memastikan daya saing yang sehat pengusaha lokal berdasarkan komoditas unggulan setiap daerah.
“Jadi barang boleh dari luar, tapi pedagang tetap warga Ternate. Itu cara menumbuhkan pengusaha lokal,” katanya.
Sementara itu di sektor pendidikan, bagi Yamin, keberadaan beberapa perguruan tinggi telah menjadi penyangga ekonomi Ternate. Oleh karena itu akan ditata agar tetap tumbuh, sehingga perputaran ekonomi penyangga pendidikan seperti indekos, kontrakan, warung, transportasi terus berlangsung dan menjadi sumber pendapatan warga Ternate.
Ternate sebagai kota budaya harus dibangun melalui sektor pariwisata dengan membangun Kedaton, Benteng Kalumata, Batu Angus, Tolire, aan penataan Kuburan Sultan Babullah. Namun, semua pembangunan itu membutuhkan dukungan narasi.
“Harus ada narasi. Ada cerita. Dan itu harus dikelola para pengusaha. Jadi semua harus berimplikasi pada ekonomi, sehingga pengusaha tumbuh maka tenaga kerja juga ikut tumbuh,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan