Tandaseru — Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Pemuda Morotai (SPM) Pulau Morotai, Maluku Utara menggelar aksi damai, Sabtu (5/12). Dalam aksi tersebut, para mahasiswa menolak kedatangan Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia Timur, khususnya Pulau Morotai.

Aksi yang dikoordinir oleh Krisnadi Wario ini dilakukan di Taman Kota Daruba Kecamatan Morotai Selatan. Massa aksi membawa dua spanduk bertulisan “Solidaritas Pemuda Morotai Menolak Pemecah Belah Umat dan Menolak Gerakan Radikalisme Demi Keutuhan NKRI”.

Aksi penolakan kedatangan HRS di Morotai. (Tandaseru/Irjan Rahaguna)

“Solidaritas Pemuda Morotai menolak keras radikalisme agama, kelompok-kelompok intoleran yang melakukan aksi premanisme, radikalisme, dan terorisme, baik itu secara perorangan maupun kelompok yang kemudian kepentingan politiknya mengadudomba umat beragama. Sehingga kami menyikapi dinamika sosial yang terjadi saat ini, kedaulatan negara lagi mengalami ‘sakit’ dan ideologi kita sedang digoncang,” ucap Krisnadi kepada awak media.

Krisnadi bilang, pernyataan sikap SPM didasarkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan tetap berpegang teguh pada asas sejarah. Dengan begitu, anak muda bisa tetap pejuang-pejuang yang telah membentuk Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan Bhinneka Tunggal Ika dan konsep NKRI itu sendiri.

“Kalau berbicara oknum perorangan dalam sikap tuntutan kita adalah menolak Rizieq Shihab datang ke Pulau Morotai. Itu sesuai dengan tuntutan kita pada hari ini,” ujarnya.

Aksi penolakan kedatangan HRS di Morotai. (Tandaseru/Irjan Rahaguna)

Menurut Krisnadi, pihaknya menerima informasi rencana kedatangan HRS ke Indonesia Timur. Karena itu, SPM mengantisipasi kedatangan HRS ke Morotai dengan aksi penolakan.

“Untuk merespon itu, maka kita yang tergabung dalam solidaritas ini harus mengeluarkan sikap yang tegas, karena dikhawatirkan kedatangan Rizieq Shihab akan menimbulkan pergolakan ideologi bangsa,” sambungnya.

SPM juga meminta kepolisian selaku penegak hukum dan Pemerintah Daerah agar ikut mencermati isu nasional ini.

“Punya sikap yang tegas terhadap kedatangan oknum-oknum yang dengan sengaja hadir di Morotai untuk memecah belah umat,” cetusnya.

Sementara itu, salah satu orator, Mersenes Anca dalam orasinya menyatakan, SPM beraksi untuk menunjukkan sikap terkait problematika sosial yang terjadi saat ini di Indonesia.

“Tidak perlu saya sebutkan, banyak orang yang sudah tahu tentang problem yang terjadi sekarang ini. Maka dari itu, kami dari solidaritas ini meminta agar Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak keamanan, dalam hal ini kepolisian, untuk menolak oknum-oknum atau kelompok yang datang untuk memecah belah bangsa di muka umat beragama dan suku,” katanya.

Orator lain, Albu Seba mengatakan, bagi SPM radikalisme merupakan virus yang berbahaya bagi bangsa dan negara.

“Terutama dengan umat yang beragama, artinya persoalan ini bisa juga meretakkan persatuan dan kesatuan. Maka dari itu sikap yang kami sampaikan di sini adalah menolak keras terkait dengan sistem-sistem atau praktik-praktik radikalisme yang diterapkan di Indonesia,” tandasnya.