Tandaseru — Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pulau Morotai, Maluku Utara menjadikan tiga sektor sebagai program prioritas. Ketiga sektor tersebut adalah pengembangan padi (sawah dan ladang), hortikultura, dan ayam petelur.

“Target hanya tiga. Pengembangan padi, hortikultura dan ayam petelur. Tapi dengan kondisi Covid-19 ini sangat berpengaruh sekali terhadap pembiayaan. Jadi diharapkan bantuan dari Provinsi. Kalau padi ini kan Rutin. Jadi nanti yang dikembangkan untuk hortikultura ini ada 10 komoditas, jadi ada tomat, cabai, say, kangkung, terong, kacang panjang, pepaya dan melon dan ada beberapa komoditas lainnya, dan ini sudah jalan,” tutur Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pulau Morotai Anwar Husen, Rabu (18/11).

Anwar bilang, untuk pengembangan tanaman hortikultura ini ada di beberapa titik yang ada di Pulau Morotai.

“Pengembangan hortikultura itu ada di SP1, SP2, SP3 dan SP4, ada juga di Desa Wawama, Sangowo, Tiley Pante dan juga Desa Darame. Benih juga kita dapat bantuan dari Kementerian, tapi kita tidak kasih ke masyarakat begitu saja. Kita harus atur kelompok tani dengan tujuan agar ada jarak tanam dan ada musim tanam, sehingga hasil panen petani tidak melimpah di pasaran. Kalau kita kasih benih tomat semua lalu petani tanam tomat semua pasti hasil panen melimpah dan pasti harga turun. Jadi harus diatur waktu tanam dan dan jarak tanam, dan itu sudah diatur,” jelasnya.

Sedangkan untuk pengembangan ayam petelur, menurut Anwar sudah dimulai sebelum dirinya menjabat Kepala Dinas. Hanya saja, produksi ayam petelur yang diadakan tahun 2018 itu hasil produksinya sudah menurun karena kekurangan pakan ayam.

“Ayam petelur ini di 2018 sudah ada di zaman Pak Muslim Djumati. Saat saya masuk produksinya masih boleh karena harusnya 2 tahun. Tapi waktu itu terjadi kekurangan pakan ayam, akhirnya produksinya menurun. Dengan pembiayaan yang ada di tahun 2020 mau pulihkan produksi itu, sementara produksinya tinggal dua bulan. Makanya ayam itu saya kategorikan afkir atau sudah tidak berproduksi dan kalau sudah tidak berproduksi kita jual dagingnya,” terangnya.

“Sekarang kita sudah mulai belanja sebanyak 2.000 ekor. 2020 ada 2.000 ekor, tapi karena Covid-19 terjadi kelangkaan bibit jadi mungkin akhir bulan November ini,” tandas Anwar.