Tandaseru — “Saya sebagai Sultan tidak mau melihat umat Islam dan Kristen bertikai,” ucap calon Gubernur Maluku Utara, Sultan Tidore Husain Alting Sjah, saat kampanye di Desa Minamin, Kecamatan Wasile Selatan, Halmahera Timur, Minggu (13/10/2024).

Dalam kampanye itu, Sultan Husain yang didampingi Permaisuri Jou Boki Mardiyah S Fabanyo disambut hangat oleh warga dengan tarian Cakalele.

Sebelum memulai kampanyenya, Sultan Husain menyempatkan waktu untuk memimpin doa bagi almarhum Benny Laos, kandidat pada pilkada 2024 yang meninggal dunia pada Sabtu (12/10/2024) akibat kecelakaan speedboat Bela 72 di Pelabuhan Bobong, Pulau Taliabu.

Sultan Husain Alting Sjah bersama warga dalam kampanye di Halmahera Timur. (Tandaseru/Ika Fuji Rahayu)

Sultan Husain dalam kesempatan itu menekankan, dirinya dilahirkan dan dibesarkan dalam ajaran toleran. Leluhurnya, Sultan Ahmadul Mansyur, adalah orang yang membuka jalan pekabaran Injil di Papua.

“Saat itu, di Papua tidak ada orang yang bisa masuk dan menyebarkan ajaran agama. Lalu datang dua penginjil dari Belanda dan Jerman, Carl Willem Ottow dan Johann Gotlob Geisler, yang meminta izin kepada Sultan Ahmadul Mansyur untuk mengabarkan Injil di tanah Papua. Sultan yang notabene seorang muslim yang alim dan religius mengizinkannya,” ungkap Sultan.

Kala itu tahun 1855. Papua merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore. Ahmadul Mansyur memerintahkan 36 bobato (perangkat kesultanan) terbaiknya untuk mengawal Ottow dan Geisler ke Papua dengan kapal terbaik Kesultanan Tidore.

“Sultan perintahkan para Bobato mengawal kedua penginjil itu, melayani mereka, dan menjaga keselamatannya. Sultan juga tegaskan tidak boleh ada yang mengancam keselamatan Ottow dan Geisler, tidak boleh ada yang melukai tubuh mereka sedikit pun. Karena penginjil-penginjil sebelumnya hanya pulang tinggal nama,” paparnya.