Oleh: Herman Oesman

Dosen Sosiologi dan Pasca Sarjana UMMU

________

“Anda tidak bisa hidup dengan menjalani
hari sempurna tanpa melakukan sesuatu
untuk seseorang yang tidak akan pernah
mampu membalas kebaikan Anda”
(John Wooden, Pemain Basket Amerika, 1910-2010)

KOMARUDDIN Hidayat dalam tulisannya di Harian KOMPAS (Sabtu, 06/08/2011) berjudul Putra Mahkota, mengurai dengan bijak tentang seorang raja nan arif-bijaksana yang akan mempersiapkan anaknya untuk menggantinya kelak. Sebelum anaknya siap menjadi raja, sang ayah memberi titah untuk melakukan semedi di hutan selama setahun.

Setelah setahun, sang anak menemui Sang Raja, ayahandanya. Pada ayahnya, sang anak menceritakan pengalamannya selama setahun di hutan. Sang anak tahu tentang kondisi hutan, apa isi hutan, termasuk nama-nama buah dan binatang yang ada di dalamnya. Sang raja menatap anaknya dengan penuh kecewa.

Sang Raja menyatakan apa yang disampaikan anaknya belumlah sesuai dengan harapannya. Raja lalu menyuruh anaknya untuk kembali lagi selama setahun di hutan yang sama. Akhirnya, sang anak dengan segudang tanya dalam hati dan rasa gundah yang berat pergi kembali ke hutan.

Singkat cerita, di hutan yang sama, sang putra mahkota mulai menambah wawasannya tentang seisi hutan. Perlahan-lahan, sang anak mulai memahami bahasa alam dan hutan, memahami isi hati dan kebutuhan penghuni hutan, dapat mengetahui apa yang tidak terlihat dan terasakan. Bahkan bencana yang akan datang pun sudah diketahui sang anak. Sang anak semakin betah dengan kondisi hutan tersebut. Tak terasa, sudah setahun lebih sang anak di hutan. Lalu akhirnya, Sang Raja menyuruh para pengawal istana menjemputnya.

Dihadapan ayahnya, sang anak menceritakan bertambahnya pengalaman dan pengetahuannya tentang hutan tersebut. Bahkan memahami hutan itu secara detail, tidak saja isinya tapi juga fenomena yang akan terjadi atas hutan itu. Raja sangat bangga dan senang, dan itulah yang diharapkan sang raja.

Inspirasi Bagi Pejabat

Tulisan Komaruddin Hidayat, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dua periode (2006-2010 dan 2010-2015), dan saat ini sebagai Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini sebenarnya memberi banyak inspirasi sekaligus peringatan terutama kepada para pejabat publik yang akan memegang kekuasaan. Terlebih-lebih para petahana, yang telah (akan) dua kali (bahkan) mungkin terlalu lama di kursi kekuasaan.