Tandaseru — Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) menggelar workshop “Pengarusutamaan Narasi Pelestarian Biodiversitas bagi Jurnalis dan Konten Kreator di Maluku Utara melalui Platform Media Sosial”. Pembukaan kegiatan ini dipusatkan di Villa Ake Tege Tege.
Workshop digelar pada 16-17 Desember 2023. Jika hari pertama difokuskan di Villa Ake Tege Tege Marikurubu, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, maka hari kedua workshop peserta diajak ke Suaka Paruh Bengkok, Desa Koli, Kota Tidore Kepulauan.
Dalam pemaparannya, Kepala Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata Faat Rudhianto menjelaskan tantangan merupakan wilayah kepulauan membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan biaya yang tinggi, dan tergantung dengan cuaca.
“Masih sedikitnya komunitas pengamat atau pemerhati burung liar. Laporan ilmiah tentang kehati banyak ditulis oleh peneliti mancanegara, belum memiliki pusat studi satwa liar, pemerhati burung migran,” jelasnya.
“Potensi avifauna Maluku Utara yakni 350 jenis burung (burung Indonesia, 2023), 52 jenis endemik (peringkat 4 Indonesia), objek penelitian Alfred Russel Wallace, ekowisata pengamatan burung, dua jenis cendrawasih,” tambah Faat.
Sementara itu, Koordinator Program Halmahera Burung Indonesia Benny Aladin menjelaskan, keragaman burung di Maluku Utara 350 jenis dan 40 jenisnya adalah endemis kepulauan Halmahera. Ancaman terbesar adalah perburuan dan kehilangan habitat.
Tinggalkan Balasan