Tandaseru — Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Babussalam Sula, Maluku Utara melaksanakan wisuda strata satu (S1) angkatan VI tahun akademik 2019-2020 di kampus STAI Babussalam Sula, Desa Pohea, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Kamis (17/9). Acara wisuda ini diawali dengan pembukaan rapat senat terbuka oleh Ketua STAI Babussalam Sula Abdurahman Kharie, S.Ag.,M.Pd.I.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian laporan akademik dari Ketua STAI Babussalam dalam rapat senat terbuka sebagai bentuk pertanggungjawaban moral kepada publik atas perkembangan penyelenggaraan Perguruan Tinggi di Kepulauan Sula.

Pada wisuda ke-6, Abdurahman menyebutkan, STAI Babussalam Sula mencetak sarjana sebanyak 94 orang, terdiri dari lulusan Jurusan Syariah 29 orang dan Jurusan Tarbiyah 65 orang.

“Jumlah lulusan di tahun ini menurun dari tahun sebelumnya, dikarenakan sejumlah mahasiswa masih dihadapkan dengan beberapa kendala teknis baik yang bersifat akademik maupun nonakademik,” kata Abdurahman.

Lulusan terbaik dengan gelar Pujian atau Cumlaude pada wisuda kali ini diraih oleh beberapa alumni Jurusan Syariah, di antaranya Muh. Idham Umacina SH, Ariyanti Sukirman SH, Ismiyati Duwila SH, Radiana Lajuma SH, Noni Naipon SH, Nursani Kabau SH, dan Ardin Labae SH.

Selain itu, dari Jurusan Tarbiyah terdiri dari Titin Nur Yoisangadji S.Pd., Rudi Fataruba S.Pd., Faujia Umakaapa S.Pd., Salamun Selpia S.Pd., Muh. Ahsan Ashari S.Pd., Nurdiana Buamona S.Pd., Nurina Fataruba S.Pd., Lutfi Teapon S.Pd., dan Erni Fataruba S. Pd.

Abdurahman bilang, membangun Perguruan Tinggi di era ini memang dihadapkan dengan berbagai tantangan yang luar biasa.

“Di satu sisi kami berkomitmen untuk menjadikan STAI Babussalam Sula sebagai wadah pengembangan SDM serta karakter moral masyarakat, khususnya di Kabupaten Kepulauan Sula dan daerah sekitarnya,” ujarnya.

Namun di sisi lain, sambungnya, pihak kampus juga dihadapkan dengan tuntutan kebijakan pengembangan mutu pendidikan tinggi dengan berbagai standar yang menyulitkan. Di mana kesulitan tersebut dikarenakan beberapa keterbatasan, terutama di bidang SDM, dana penyelenggaraan, sarana pra sarana dan sebagainya.

“Kami dipaksa untuk selalu berpikir lebih serius, bekerja lebih giat, dan berkorban lebih banyak, agar ribuan kepala anak manusia di kampus ini, bisa terselamatkan dari ancaman kebodohan dan ketertinggalan di masa mendatang,” ujarnya.

Dia juga menambahkan, tantangan ini tentu terasa sangat berat. Akan tetapi dengan usaha, doa, dan bertawakal kepada Allah SWT, dirinya yakin niat untuk mencerdaskan generasi masa depan akan terwujud.

“Kami bertekad mewariskan mata air keilmuan untuk memenuhi dahaga masa depan anak-anak kami di kampus ini, karena kami tidak mau menyisakan air mata kebodohan sehingga tatapan masa depan mereka menjadi buram,” tukas Abdurahman.