Tandaseru — Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Jumat (4/9) mengakibatkan puluhan rumah warga di Desa Gamlamo dan Desa Sambiki Kecamatan Morotai Timur tergenang banjir. Padahal, sudah 13 tahun lamanya warga desa tak lagi merasakan deraan banjir sebesar ini.
Ketua RW 003 Desa Gamlamo Sabri Nyimo kepada tandaseru.com menyatakan, hujan terjadi sejak Jumat pukul 3 dini hari. Hujan yang terus berlanjut membuat rumah warga kemasukan air dan tergenang.
Sabri bilang, banjir di Desa Gamlamo bisa mencapai lutut orang dewas di sejumlah titik.
“Setiap hujan Desa Gamlamo kena banjir dan rumah saya sering mengalami. Itu banjirnya sampai masuk ke rumah saya sekitar lutut kaki orang dewasa. Peralatan rumah saya ada yang hanyut, dan sebagian saya amankan di atas lemari,” tutur Sabri.
Menurut Sabri, saat banjir anak dan istri diamankan di atas tempat tidur yang masih terlindung dari banjir.

“Saya punya anak istri saya amankan di tempat tidur yang agak tinggi. Kami tidak mengungsi, tetap di dalam rumah saja walapun banjir,” ungkapnya.
Dia bilang, banjir besar pernah terjadi di desanya pada 2007. Sedangkan banjir hari ini volumenya mendekati banjir 2007.
“Saya alami banjir yang parah pada tahun 2007 dan yang kedua pagi tadi. Jam 6 pagi baru airnya mulai surut,” terangnya.
Warga lain, Hadun juga mengatakan, setiap hujan pasti rumahnya kemasukan air.
“Kami punya rumah setiap hujan pasti tergenang banjir juga. Sampai kamar ada tiga kebanjiran, kasur, kursi sofa, semua basah, dan peralatan rumah ada yang hanyut. Tapi kami sangat bingung dengan banjir yang sering terjadi di Desa Gamlamo ini sampai sekarang pemerintah desa belum ada tanggapan,” ucapnya.
Sementara Ulama Bungan, warga Desa Sambiki juga mengalami hal yang sama. Di Desa Sambiki terdapat belasan rumah yang tergenang banjir.

“Sambiki juga ada belasan rumah tergenang banjir pada saat hujan deras, termasuk rumah saya. Genangan banjir ini sudah lama sekali terjadi, tapi belum teratasi,” ungkapnya.
Dia bilang, banjir terjadi lantaran saluran drainase desa amat sempit. Akhirnya debit air yang mengalir ke laut juga kecil.
“San ini sudah lama sekali belum diantisipasi,” katanya.
Tinggalkan Balasan