Tandaseru — Provinsi Maluku Utara dinilai mengalami degradasi gradual di sektor kebudayaan. Hal ini diungkapkan akademisi Universitas Khairun Ternate, M Guntur Cobobi, Selasa (12/7).
“Konsep pembangunan lebih condong menganut nuansa kontemporer. Padahal, tradisi dan nilai-nilai-nya itulah yang menjaga masyarakat untuk tetap pada koridor peradaban. Pemda dalam hal ini telah gagal menempatkan kebudayaan sebagai pengiring kunci pembangunan,” ungkap Awardee LPDP Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI) ini kepada tandaseru.com.
“Contohnya bahasa daerah banyak yang sudah mulai punah, kemudian aspek-aspek kebudayaan tidak dijadikan perhitungan dalam pembangunan. Hal ini berdampak sistemik pada produk-produk kebudayaan yang lainnya,” jelas Guntur.
Menurut Direktur Umum Sabua Foundation ini, pemerintah tidak memiliki konsep jelas untuk menjaga keberlanjutannya. Kebudayaan seolah dianggap artefak yang tidak cocok dengan era modern dan cenderung ditinggalkan.
Salah kaprah ini, kata Guntur, merupakan kegagalan berpikir pemerintah daerah.
Tinggalkan Balasan