Oleh: Teguh Tidore

Pegiat Literasi Rumah Tua Baca

______

SAIL Tidore akan dilaksanakan pada tahun 2022, lebih tepat pada bulan September, setelah tertunda 2 tahun belakangan akibat dampak Covid-19. Dalam data Wikipedia agenda Sail di Indonesia sudah 14 kali diselenggarakan. Dan kali ini Tidore diberikan kesempatan untuk melakukan agenda Sail tidore tersebut.

Agenda besar tersebut, yang akan dilaksanakan pada tahun 2022 ini, justru belum menampakkan sisi luas untuk perkembangan Sail Tidore itu sendiri. Penulis melihat justru melahirkan polemik panjang di tengah isi kepala masyarakat yang bertanya-tanya tentang kejelasan Sail Tidore. Pemerintah Kota Tikep masih dalam skenario agenda yang terus melakukan perbaikan dimulai dari infrastruktur, dan juga kesiapan lainnya. Namun kesiapan itu belum menunjukkan tampilan wajah Sail yang terus menjadi isu di tengah masyarakat sekarang ini.

Potret ini perlu dipertegas. Pemerintah Kota Tidore hingga Pemerintah Provinsi Maluku Utara terkesan tidak memberikan hubungan yang harmonis dalam membangun kolaborasi untuk kemajuan Sail yang dihelat pada tahun ini. Maka dari itu seharusnya pra Sail sudah terbangun secara branding untuk membuktikan bahwa Sail benar-benar berdampak baik untuk masyarakat luas. Terutama Tidore sebagai tuan rumah.

Sail Tidore harus membuktikan kepada masyarakat, entah dari sisi kemajuan kebudayaan, hingga destinasi wisata warisan sejarah, Tidore punya banyak peninggalan situs kebudayaan yang menjadi bagian dari historis sejarah yang punya nilai di masa depan. Mulai dari Benteng Tore, Benteng Tahula, pendarataan Juan Sebastian De Elcano, Rumah Adat Sowohi, Rumah Tenun Tidore, rumah kediaman Sultan Zainal Abidin Syah, bahkan pandai besi yang ada di Kelurahan Toloa, dan kampung laimnya yang masih menjaga ritus untuk kekayaan nilai Histori. Dari sisi ini, pemerintah belum mampu secara utuh menjadikan Tidore sebagai identitas yang dimiliki. Mau dibawa kemana kota tua ini?

Penulis mencontohkan tenun Tidore, Puta Dino semenjak 2017 hadir di tengah-tengah masyarakat Tidore. Namun campur tangan Pemerintah Kota Tidore terhadap tenun Tidore masih minim sekali, bahkan diasingkan di tengah-tengah negerinya sendiri. Tenun Tidore sudah 7 tahun berkiprah di jalan sunyi. Ibu Anita Gathmir, owner Puta Dino Kayangan ketika dikonfirmasi menyampaikan semenjak 2017 hingga sekarang Puta Dini justru ‘diasuh’ oleh Bank Indonesia Perwakilan Maluku Utara hingga bisa berjalan sendiri sampai kini.