Tandaseru — Iriany Hasan bukanlah guru biasa. Mengabdi di kota kecil, guru Kimia ini berulang kali meraih penghargaan hingga berskala internasional.

Iriany lahir di Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku. Berdarah campuran Banda Neira-Buton, kelahiran 26 Desember 1972 ini memilih mengabdi di Kota Ternate, Maluku Utara.

Sejak tahun 2005, Iriany mengajar di SMA Negeri 2 Kota Ternate. Di sekolah yang terletak di Jl. Ubo-Ubo, Kecamatan Ternate Selatan, itulah ibu tiga anak ini mencerdaskan ribuan siswa dan mengukir prestasi tanpa henti.

Nama Iriany mulai mencuat saat meneliti tentang Flacourtia inermis atau yang dikenal warga Malut dengan sebutan buah tome-tome atau buah lobi-lobi. Di tangan Iriany, tome-tome dimanfaatkan menjadi indikator alam untuk mendeteksi senyawa asam basa.

“Harga indikator asam basa per 100 gram Rp 1,7 juta. Tapi buah tome-tome tinggal petik di pohon, lalu dibuat indikator, gratis. Itu penelitian pertama saya, menang tingkat internasional. Jadi saya berhasil membuat hasil isolasi untuk menjadikan buah tome-tome sebagai indikator alam mendeteksi senyawa asam basa,” ungkapnya kepada tandaseru.comKamis (30/9).

Kecintaan Iriany pada Kimia selalu ia tularkan pada siswa-siswanya. Salah satunya dengan menampilkan pelajaran Kimia dalam bentuk yang menarik.

“Saya uji buah tome-tome itu saya buat air mancur. Jadi ketika anak-anak belajar di kelas dan kita setting air mancur itu akan muncul warna-warni. Jadi menarik. Kata siapa belajar Kimia itu tidak menyenangkan? Kata siapa belajar Kimia itu menakutkan? Itu hanya zaman dulu, bersama saya belajar Kimia itu sangat menyenangkan,” ujar alumni SD Negeri 1 Tawiri ini.