Tandaseru — Aksi penolakan hasil screening calon kepala desa (cakades) di Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, mulai berdatangan dari beberapa desa.
Informasi yang dihimpun tandaseru.com, aksi penolakan hasil screening dilakukan sejumlah warga dan tokoh masyarakat di beberapa desa di Kepulauan Sula, di antaranya Desa Mangon Kecamatan Sanana, Desa Bajo Kecamatan Sanana Utara, Desa Waiboga Kecamatan Sulabesi Tengah dan Desa Waitamela Kecamatan Mangoli Timur.
Pada Selasa (13/4) malam, sejumlah tokoh agama, pemuda dan masyarakat Desa Mangon ramai-ramai mendatangi kediaman Bupati Kepulauan Sula Hendrata Thes di Desa Fagudu, Kecamatan Sanana guna meminja kejelasan terkait hasil screening cakades yang diumumkan panitia Pilkades di tingkat kabupaten.
Demikian juga dengan Desa Waiboga, di mana sejumlah pendukung cakades merasa kecewa dengan hasil screening yang diumumkan panitia Pilkades tersebut.
Aksi serupa juga terjadi di Desa Waitamela. Sebagian besar masyarakat merasa kecewa dengan hasil screening yang hanya menyisakan dua orang cakades di desa tersebut.

Selain masyarakat tiga desa di atas, protes yang sama juga datang dari masyarakat Desa Bajo, Kecamatan Sanana Utara. Masyarakat Desa Bajo bahkan nekat mendatangi Kantor Bupati Kepulauan Sula untuk meminta kejelasan.
Salah satu warga Desa Bajo, Kusnang Duhaling bersama warga Desa Bajo lain menyatakan panitia Pilkades yang melaksanakan screening tidak profesional.
Kusnang menilai, ada kongkalikong antara sejumlah cakades dengan panitia Pilkades di tingkat kabupaten yang melaksanakan screening.
Selain itu, Kusnang juga meminta panitia Pilkades menunjukkan hasil screening tes tertulis dan kriteria cakades yang sesuai dengan hasil wawancara baru-baru ini.
“Pengumuman keluar bahkan tidak sesuai, tidak dilihat dari jumlah DPT-nya. Ada yang tidak sampai 1.000 DPT, empat cakades lulus. Tapi Bajo dan Mangon kenapa cuma dua orang?” kata Kusnang mempertanyakan, Rabu (14/4).
Tinggalkan Balasan