Oleh: Asghar Saleh
_______
APA yang paling ditakutkan jelang laga Cina vs Indonesia malam ini di Qingdao Stadium? Semula psywar Cina telah dimulai sejak dua bulan lalu saat federasi sepakbola mereka menunjuk kota berjarak 6-7 jam perjalanan darat dari Beijing ini sebagai venue babak ketiga kualifikasi Piala Dunia grup C zona Asia. Tujuan mereka jela. Jarak jauh akan menguras energi Garuda. Tapi PSSI bergerak lebih cepat.
Jarak terbang 16 jam menggunakan maskapai biasa dipangkas jadi hanya 9 jam dari Bahrain ke Qingdao dengan menyewa pesawat sendiri. Jadinya Timnas duluan tiba di Qingdao pada Jumat sore dibanding tuan rumah yang baru pulang dari Australia sehari setelahnya. Saat Cina datang, Indonesia sementara berlatih.
Suhu dingin Qingdao yang semula diprediksi akan jadi kendala ternyata juga tak berpengaruh. Laporan terbaru menyebut suhu malam hari berkisar 18 derajat – tergolong “nyaman” untuk mayoritas pemain Timnas yang merumput di Eropa. Qingdao yang jauh tak menyurut langkah 1500an suporter Garuda yang malam ini akan memberikan dukungan langsung di stadion.
Satu-satunya masalah psikis yang membayangi adalah “keberpihakan” wasit asal Asia Barat yang merampok kemenangan Indonesia atas tuan rumah Bahrain di masa extra time. Malam ini lagi-lagi wasit Arab – Omar Al Ali dari UEA – akan jadi pengadil. Namun saya yakin dengan mentalitas yang teruji di kompetisi Eropa, para pemain sudah melupakan semua kecurangan itu. Fokus sepenuhnya di tanah Cina untuk mengalahkan tuan rumah.
Sudah sangat lama Indonesia menang atas negeri tirai bambu ini. Itu terjadi 20 Februari 1987 saat anak asuh Bertje Matulapelwa mempermalukan Cina dengan skor 3-1. Selepas itu, Indonesia tak pernah menang. Dalam pertemuan terakhir di ajang kualifikasi Piala Asia 15 November 2013, tuan rumah Cina mengalahkan Indonesia dengan skor tipis 1-0. Gol tunggal Cina kala itu lahir dari kaki penyerang belia Wu Lei.
Menghadapi tim tamu yang datang dengan kepercayaan diri tinggi serta menilik rekor memalukan Cina di tiga laga awal grup C – kalah tiga kali dari Jepang, Arab Saudi dan Australia – pelatih Branko Ivankovic kembali memanggil bomber andalannya Wu Lei. Pemain senior ini bermain kala mereka kalah 7-0 dari Jepang namun sempat menepi di laga selanjutnya karena cedera.
Dengan skema 4-4-2, Wu Lei jika fit sangat mungkin berpasangan dengan Zhang Yuning di lini depan. Ivankovic juga memanggil bomber andalan klub Beijing Guan – Cao Yongjin yang sudah bikin 6 gol di Liga Cina. Ia menggantikan pemain naturalisasi asal Brazil Fernandinho alias Fei Nandao yang cedera saat melawan Australia. Lini depan Cina juga belum bisa memastikan kebugaran penyerang naturalisasi lainnya, A Lan Carvalho untuk bermain nanti malam.
Tinggalkan Balasan