“Saya dukung Sasha bukan karena dia anak Ahmad Hidayat Mus (politikus senior Partai Golkar, red). Tapi karena kemampuannya. Dia kuliah di London, kerja di Singapura, lalu kini kerja di salah satu perusahaan di Thamrin (Jakarta). Saat diskusi, dia paparkan soal pertanian, perikanan, UMKM. Itu yang saya dukung,” tegasnya.

Basri juga menekankan pentingnya peran pers dalam mengangkat narasi substansial dalam politik elektoral Pilkada 2024, bukan sekadar berita sensasional.

Ia juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi saat ini di wilayah tersebut, di mana Maluku Utara sering terabaikan dalam diskursus nasional.

“Banyak masyarakat merasa kaget dan bingung dengan investasi yang masuk, terutama di sektor pertambangan nikel. Pilkada sering kali hanya dianggap sebagai rotasi kepemimpinan semata, tanpa adanya perubahan signifikan bagi daerah kita,” tambahnya.

Basri menekankan perlunya melahirkan pemimpin dengan ide-ide besar dan mengembalikan politik gagasan yang mulai hilang.

Ia juga mengajak anak muda untuk lebih berpartisipasi dalam politik melalui gagasan konstruktif. Namun, Basri mengakui bahwa masih minim tokoh muda dengan visi konstruktif tentang pembangunan daerah.

“Salah satu contoh nyata adalah kurangnya kajian tentang dampak ekonomi mikro dari investasi nikel terhadap masyarakat lokal. Mirisnya kajian ini belum juga ditemukan dari kalangan akademisi,” jelasnya.