Hubungan Manusia dan Alam

Manusia secara eksistensi mempunyai keunikannya sendiri-sendiri dalam membaca dinamika yang berlangsung pada lingkungan sekitar mereka, hal ini didorong dengan kepribadian setiap orang yang terbentuk melalui kebiasaan (budaya), sehingga dapat membentuk pola pikir serta karakter yang berbeda-beda dalam menentukan sesuatu ketika beraktifitas. Etnis manusia awalnya dimulai dari individu hingga pada komunitas (keluarga,organisasi), yang membentuk kelompok-kelompok hingga sekarang dikanal sebagai masyarakat. Proses ini akan selalu berjalan sampai pada akhir zaman umat manusia.

Lalu bagaimana manusia mempunyai keterhubungan dengan alam yang ditempatinya, pada dasarnya manusia dan alam memiliki ikatan yang saling membutuhkan dalam konteks penghidupan. Sering kali manusia mengabaikan alam karena lebih mengutamakan kebutuhan dalam aspek ekonomi, lalu mengesampikan kelestarian alam. Padahal, alamlah yang seharusnya dilindungi agar selalu menghadirkan tumbu-tumbuhan yang menyegarkan Ketika dikomsumsi oleh masyarakat. Manusia telah menyadari apa yang saat ini terjadi pada alam, yang lama-kelamaan akan dieksploitasi isinya hanya untuk kemajuan infastruktur pembangunan sepihak di negara-negara asing bahkan Indonesia yang hanya terpusat.

Peralihan sifat serta karakter yang sering terjadi pada manusia di akibatkan pada kausalitas yang berlangsung, manusia yang dulunya lebih mengemukakan hal-hal yang bersifat tradisional sekarang hilang dan hampir sudah tidak terpakai lagi. Semuanya terfokus pada alat-alat yang bersifat modern, yang itu tidak disadari telah mengesampikan kemampuan manusia itu sendiri, kita dibuat praktis tidak pada mandiri.
Belum lagi pada pengelolaan sumber daya manusia (SDM), yang semakin hari semakin tidak manusiawi. Dilihat pada aspek pendidikan, bahwa banyak sekali yang belum merasakan pendidikan pada tingkatan formal serta nonformal dengan baik, juga sebagian besar yang sudah pada tingkat Pendidikan hanya saja terputus akibat biaya pendidikan yang semakin hari semakin mahal. Alam semesta pada ruang lingkup Indonesia khususnya maluku utara menjadi perhatian terhadap bangsa-bangsa eropa, dalam rangka menggarap sumber daya alam.

Jika dilihat pada sisi psikologi secara psikis baik alam maupun manusia telah mengalami tekanan, alam mulai rapu ketika pepohonan, sungai, tumbuhan, dan beberapa komoditas lainnya mulai tergusur menggunakan alat berat. Manusia tertekan akibat alam itu mulai tercemar oleh aktivitas industri ekstraktif.

Maluku utara memiliki banyak keberagaman pangan, secara ekonomi dapat menghidupi masyarakat. Bukan pada banyaknya pertambangan yang di inisiatifkan oleh pemerintah, lewat kaum pemodal yang berkepentingan di maluku utara. Ini yang menyebabkan hubungan alam dan manusia terputus.

Pandangan Teleologi

Jung memandang manusia dengan menghubungkan teleologi (tujuan) dan kausalitas (sebab akibat). Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah. Ini punya kaitannya dengan konsep kepribadian yang di bangun oleh Carl Gustav Jung bahwa ia menyebut asal-usul kepribadian adalah ras, yang secara turun-temurun berasal dari leluhur manusia. Lainnya bayi lahir di dunia telah mewarisi kecenderungan-kecenderungan ini membimbing tingkah lakunya dan sebagian menentukan apa yang disadarinya, dan diresponnya di dalam dunia pengalaman ini. Jung menyebutnya adanya kepribadian kolektif yang dibentuk sebelumnya oleh dasar ras dan secara selektif menjangkau dunia pengalaman dan diubah serta di perkaya oleh pengalaman-pengalaman yang diterimanya. Berdasarkan tradisi yang dibangun melalui implementasi sejarah, maka yang harus diperhatikan bagi setiap orang dalam merawat serta mengembangkan untuk menjaga keberlangsung kebudayaan-kebudayaan yang berada disetiap daerah.