Sementara itu, jurnalis Mongabay Mahmud Ici menegaskan isu ancaman keanekaragaman hayati perubahan iklim, kerusakan daerah tangkapan air, wabah penyakit, perambahan kawasan lindung, erosi tanah, perubahan penggunaan lahan, penganiayaan satwa liar, perburuan liar, polusi, konflik satwa liar dengan manusia.

“Interaksi terbatas antara jurnalis dan ilmuwan menghambat diseminasi temuan penelitian mengenai isu-isu lingkungan dan konservasi kepada masyarakat umum dan pengambil kebijakan,” jelasnya.

Ia bilang, penting bagi para ilmuwan membuat temuan penelitian mereka tersedia dan dapat akses publikasi dan pembuat kebijakan sehingga dapat ditemukan titik temu mengatasi isu-isu lingkungan dan konservasi yang mendesak.

Dibutuhkan juga peran kampus yang menghasilkan informasi ilmiah dari berbagai penelitian. Tapi tidak jelas bagaimana informasi tersebut mengalir ke masyarakat umum untuk diinformasikan konservasi keanekaragaman hayati.

“Rekomendasi kepada media dan jurnalis sediakan ruang bagi peneliti dapat dikomunikasikan kepada publik dalam bahasa yang sederhana. Media merekrut jurnalis yang memiliki spesialisasi di bidang lingkungan dan konservasi yang dapat menginterpretasikan informasi ilmiah yang dihasilkan penelitian dan sumber-sumber lain,” tandasnya.