Ditanya apakah benar minyak tanah di Saminyamau tidak tersalur selama 2 tahun, ia membantahnya.

“Saya punya kuota standar 15 ton. Minyak yang jual Rp 12 ribu per liter itu saya tidak pernah melakukan penjualan harga sebesar itu, datang dari mana saya juga tidak tau,” ungkap Steven.

“Saya melakukan jual di atas HET, harga yang saya buat itu Rp 4 ribu per liter semua pangkalan,” sambungnya.

Ia menambahkan, kadangkala empat bulan minyak tidak tersalur karena pengaruh cuaca. Meski di Wayabula sudah ada kuota penyaluran, jika ada yang membutuhkan maka langsung dijual.

“Kemudian dorang (warga, red) tara bersedia saat cuaca buruk, jadi kalau minyak tidak habis maka saya jual ke masyarakat. Ada di Morselbar, Wayabula, Tutuhu, kalau ada yang butuh saya jual yang penting mobil tangki bisa kosong,” tandasnya.