Rustam pun tak menampik bahwa memang benar ada pembayaran dari para pedagang, hanya saja pembayaran itu bentuknya berupa sedekah untuk masjid sebesar Rp 300 ribu perbulan. Uang itu pula yang akan dipakai untuk membayar penggunaan air dan listrik.
Selain itu, uang itu pun yang membiayai pembersihan dan keamanan bagi lapak-lapak pedagang. Apalagi sudah pernah terjadi aksi pencurian yang dialami pedagang, dan pada akhirnya barang yang dicuri diganti petugas jaga.
“Kurang lebih sudah ada sekitar 20 lebih lapak yang ada ini, baru kemudian uang itu pun sekaligus di situ pembiayaan kebersihan dan keamanan, paket di situ,” tambah dia.
Puluhan lapak itu pun, tambah Rustam, dibagi menjadi dua sift. Ada lapak yang berjualan mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore, kemudian ada yang berjualan mulai sore hingga malam.
Terhadap masalah yang muncul belakangan ini, kata Rustam, merupakan persoalan miskomunikasi. Sebab masalah yang sebenarnya dimulai dari adanya perselisihan antara dua pedagang yang kemudian ditengahi oleh petugas jaga.
“Cuma mungkin ada persoalan komunikasi dan persoalan di luar itu, ada pihak lain yang mungkin menilai ini kerja-kerja preman, padahal tidak, dan perlu kami sampaikan area masjid tidak ada preman yang kegiatan di situ,” tegas dia.
Tinggalkan Balasan