“Kalau dihitung kerugian berarti Rp 10 ribu dikalikan 5.000 pohon cabai. Itu berarti ditaksir kurang lebih Rp 50 juta,” rincinya.
“Kita sediakan modal itu paling kurang Rp 120 juta jadi kalau sampai kita gagal panen itu risikonya besar,” sambung Sofyan.
Ia memaparkan, pihaknya adalah penyuplai terbesar hasil hortikultura di Morotai. Namun ketika tanamannya diterjang banjir, pemda tidak terlalu menanggapi soal drainase.
“Setidaknya ada perhatian lah dari pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait untuk mengatasi permasalahan yang sementara kami alami,” timpalnya.
“Sudah sejak lama tidak ada irigasi di kebun tani ini sehingga air tidak mengalir sampai ke hulu. Kendala di saat hujan beberapa lama yang terjadi kurang lebih 1 minggu ini tampungan air di sana tidak mampu lagi untuk menampung debit air, maka air di dalam saluran itu bisa ketinggian lutut orang dewas,” jelas Sofyan.
Sofyan bilang, meski sudah disediakan 1 unit ekskavator oleh Dinas Pertanian, kendaraan tersebut tidak bisa beroperasi. Sebab tidak ada BBM.
“Jadi solar cuma dikasih dari Dinas Pertanian dua jerigen saja. Kecuali kalau 1 drum baru ekskavator bisa beroperasi,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan