Oleh: Igrissa Majid
Founder Indonesia Anti Corruption Network
________
W. MORRISON menarasikan sepenggal kisah Zeus dann Themis dalam Mitologi Yunani di lembaran-lembaran awal bukunya, Yurisprudensi: Yunani Klasik dan Ide Hukum Alam (1996), bahwa Zeus adalah rajanya para dewa. Secara fungsional, dia memiliki tugas besar melindungi hukum dan menata kota dengan baik.
Suatu hari, Zeus terpaksa melakukan pembalasan yang sangat menakutkan terhadap mereka yang menggunakan akal licik. Keputusan ini dilakukan, karena kemunculan kelompok yang menantang rasionalitas dan sewenang-wenang terhadap keadilan. Sadisnya, istri pertama Zeus bernama Metis, merupakan biang kerok dalam satu perkara besar dan akhirnya Ia harus memangsanya dengan cara mengubah Metis menjadi lalat. Menyeramkan.
Tidak lama kemudian, Zeus memiliki seorang istri baru bernama Themis. Meski bukan istri terakhir, kedudukan Themis telah menjadi Dewi ketertiban sosial bagi publik. Keduanya memiliki tiga anak kandung: Dike, Eunomia, dan Eirene. Mereka memiliki peran masing-masing dalam tatanan warga kota.
Dike berperan sebagai sosok pejuang atas nilai-nilai kesetaraan, hingga pemikirannya menjadi acuan dalam setiap penyelesaian kasus hukum. Sebagai Dewi, Dike berusaha mendorong para hakim agar membuat putusan-putusan hukum yang selaras dengan logika, dan tidak semena-mena.
Demikian saudaranya Eunomia, Ia mencontohkan metode bernalar dalam dunia hukum dengan menggunakan pendekatan kesetaraan sosial. Dan, terakhir Eirene merupakan sosok yang selalu tampil mengusung perdamaian. Ketiganya bersama-sama menyelaraskan konstruksi ide sosial, dan berupaya mewujudkan warga kota yang harmonis. Karena itulah, mereka diidentik dengan keadilan (Dike), ketertiban (Eunomia), dan perdamaian (Eirene).
**
Wiracarita di atas idealnya menjadi cermin bagi pemimpin di dunia, bahwa saudara sekandung sejatinya tidak berkonspirasi jahat dalam penegakan hukum. Hal-hal baik mestinya tercipta; keadilan, ketertiban dan perdamaian antar sesama warga.
Tinggalkan Balasan