Ia menjelaskan, untuk Halbar kalau dilihat hasi dari SPI tentu ada peningkatan, dan sudah ada perbaikan yang dilakukan. Menurut keterangan yang disampaikan pegawai-pegawai setempat, sudah ada beberapa risiko yang menurun, meskipun ada yang stagnan dan menjadi fokus perbaikan.

“Di satu sisi kita rasanya tidak bisa semua dilakukan perbaikan, dalam satu tahun semuanya bisa diperbaiki. Tentu bertahap. Justru kita akan curiga tiba-tiba semua jadi hijau semua, kemungkinan ada pengarahan atau pengkondisian dari surveinya. Kita juga curiga kalau itu terjadi,” cetusnya.

Timotius bilang, tidak gampang bicara pemberantasan korupsi. Apalagi upaya pencegahan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

“Ada banyak hal yang harus dikerjakan satu-satu. Dan ada banyak benang kusutnya yang harus kita urai sama-sama. Tentu dengan adanya SPI kita pengen dapat masukan benang kusutnya menurut masyarakat pegawai. Akhirnya, kita bisa sama-sama coba mengurai itu,” ucapnya.

Ia memaparkan, yang diukur dari survei ini adalah masyarakat masih merasakan ada pungli atau tidak.

“Kalau misalnya mengurus sesuatu tidak hanya kita bicara pungli satu sisi tapi masyarakatnya juga apakah masih salah tempel. Menurut masyarakat soal SOP layanan, prosedurnya layanan, sudah transparan atau belum, sudah jelas belum. Kalau datang urus KTP sudah ada prosedurnya apa saja yang harus dibawa dan berapa lama selesainya.