Sekilas Info

Menyemangati Pancasila

Hudan Irsyadi. (Istimewa)

Oleh: Hudan Irsyadi
Pengajar di Prodi Antropologi, FIB Unkhair

Pegiat Sidego

_______

SELAMAT Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 1945 – 1 Juni 2023. Tak terasa sudah 78 tahun usia Pancasila. Dalam rentang waktu yang amat panjang, Pancasila seolah-olah terus digoyahkan dengan pelbagai fenomena sosial dan potilik bangsa ini. Pancasila tidak sekadar ideologi yang sarat akan makna bagi masyarakat Indonesia dalam berkehidupan sosial yang berperikemanusiaan. Kita tentu akan menanyakan seberapa ampuhnya Pancasila.

Akhir-akhir ini potret bangsa Indonesia menampilkan begitu banyak gejolak sosial, ekonomi, politik maupun kebudayaan yang berujung pada sebuah bangunan konflik. Tak perlu diuraikan, tetapi cukup dengan melihat pelbagai fenomena sosial yang "tertangkap" oleh indera kita, baik langsung maupun tak langsung, sudah cukup menisbahkan kita akan Pancasila sebagai sebuah ideologi negara.

Frasa menyemangati Pancasila pada judul tulisan ini adalah untuk berkontemplasi bersama atas pembacaan Pancasila secara kontekstual. Pancasila adalah ruh bangsa Indonesia dalam keber-agama-an, keberagaman, yang menjadikan manusia Indonesia yang toleran. Patut diakui Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa ini yang menjadikannya begitu berkarakter sehingga tidak termakan oleh zaman. Meski demikian, upaya dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila (sila 1-5) masih terasa sangat lemah. Dampaknya kita bisa rasakan dalam kehidupan sosial yang membuat orang itu puas atau tidak puas. Bahkan Pancasila seakan-akan menanggung beban yang cukup pelik terhadap problematika negara bangsa yang kian hari melahirkan berbagai macam masalahnya. Pada aras ini, teringat sebuah nukilan dari negarawan yang pancasilais, Yudi Latif, dalam status di akun Instagram-nya, menyatakan bahwa kebanyakan dari kita (manusia Indonesia) memahami Pancasila hanya sampai pada sila ke-3 yakni Persatuan Indonesia. Artinya, untuk sampai pada sila ke-5 Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah suatu hal yang muskil.

Sebenarnya kita patut berbangga terhadap Pancasila. Dasar negara yang memiliki fungsi integratif menyatukan bangsa Indonesia yang majemuk. Namun perlu diakui, tak sedikit pula dari kita yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi yang lain. Pancasila dianggap sudah basi, maka perlu diganti. Di mana praktik kehidupan berbangsa-bernegara masih jauh panggang dari api. Korupsi, kolusi, dan nepotisme, maupun tindakan asusila, masih rajin bergentayangan.

Pada titik ini, negara dianggap gagal. Oleh karena itu, perlu dilakukan (kembali) transformasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial. Jangan sampai, di saat perayaan hari lahir Pancasila hanyalah sebuah mitos semata, dan kita abai akan dirinya. Selamat Hari Lahir Pancasila. (*)