Dari sebuah foto hitam putih, kami akhirnya mengetahui jika personil The Rocks digawangi oleh Yance Rudolf Mainaky – ayah dari kakak beradik pebulutangkis nasional Richard, Rexy, Marleve dan Leony ini bermain rythym guitar, Wieger Kuwissy yang kala itu bekerja di PLN Ternate kebagian memetik lead guitar, Rexy sendiri adalah sepupu dari Isteri Ruddy – Venna Houvelmann – diberi tugas menggebuk drum dan Hasan Minggu yang membetot bass. Kiprah The Rocks tak lama, tetapi boleh dikata mereka inilah yang jadi cikal bakal lahirnya banyak grup band di Ternate.
Menurut Hasan, adalah Bupati Maluku Utara Jakub Mansur yang pertama kali mengumpulkan mereka dengan tujuan membentuk sebuah grup band baru. Namanya Karya Nada. Sebagaimana namanya, band ini dibentuk untuk membantu sosialisasi Sekretariat Bersama Golongan Karya. Ini embrio partai Golkar yang dipersiapkan untuk ikut Pemilu tahun 1971. Di Ternate, Sekber diketuai Kapten Abubakar Hamid. Jakub Mansur pula yang memberikan seperangkat alat band lengkap yang lebih modern. Alat ini dibeli dari Jepang oleh Mangoli Timber – sebuah perusahaan kayu besar yang beroperasi di Maluku Utara saat itu.
“Kalo kami main di depan pasar Gamalama, suaranya kedengaran hingga Kampung Pisang” kenang Hasan. Personil pertama Karya Nada terdiri dari Wieger Kuwissy yang tetap bermain keyboard, Abdullah Muhammad atau “Dullah Kadato Tidore” jadi drummer, lead guitar dipegang Ali Jina Rahman atau akrab dengan nama panggung Boy dan Hasan yang konsisten bermain bass. Rerata mereka belajar bermain alat musik secara otodidak. Tak aneh bila personil Karya Nada bisa memainkan lebih dari satu alat musik. Latar keluarga sedikit banyak juga ikut mempengaruhi.

Darah seni Hasan misalnya mengalir dari kakeknya So Teng Siong – seorang notaris keturunan China yang belakangan berganti nama menjadi Samil Sofyan setelah memeluk Islam. Ia adalah pemain gambus. Hasan yang lahir di Ternate 19 April 1948 adalah anak kedua dari pasangan Minggu Abdurahman dan Hamida Fachrudin. Tak ada saudaranya yang bermain musik. “Saya diajak Wieger”. Pertemanan dengan Wieger tak hanya soal musik. Hasan mengaku pindah sekolah dari SMA Negeri 1 ke STM Ternate juga gegara Wieger. Alasannya agar lebih bebas berlatih musik sekalian membolos.
Nama dua sahabat karib ini tercatat sebagai personil sebuah band di “Kampung Sarani” yang bernama Budhi Bakti band yang sebelumnya bernama Molukse. Selain Hasan dan Wieger, personil Budhi Bakti antara lain Ruddy Mainaky, Lef Tiwow, Evy Mainaky, Lentje Gang dan Vonny Houvelmann. Kami menduga kemunculan band ini mendahului Karya Nada atau bisa jadi seangkatan dengan grup vocal “Dara Berpita” pada tahun 60an. Kedekatan Hasan dan Wieger bahkan bersentuhan dengan soal hati. Keduanya jatuh cinta pada dua perempaun kakak beradik yang kelak jadi pendamping hidup mereka.
Tinggalkan Balasan