Oleh: Igrissa Majid

Founder Indonesia Anti Corruption Network

_______

SELASA pagi, waktu sudah menunjukkan pukul 03:15 WIB, sembari persiapan salat Subuh saya menikmati sebatang cerutu di sebuah kedai kopi 24 jam di bilangan Jakarta Timur.

Beberapa menit kemudian, di handphone tiba-tiba muncul sebuah pesan WhatsApp berisikan video dari senior saya, Saudara Irman Saleh, CEO Nuansa Media Grup.

Dalam video tersebut, Saudara Irman mengkritisi terkait data pencapaian Harita Group, sebuah perusahaan yang melakukan aktivitas eksplorasi tambang bijih nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan. Di hadapan perwakilan perusahaan, Wakil Ketua HIPMI Malut ini mempertanyakan kualitas data yang dipresentasikan karena tidak berkorelasi dengan keadaan sosial di lapangan.

Fakta tentang Harita Group

Sekilas tentang pemaparan Saudara Irman, saya menduga bahwa dirinya ingin mengatakan Harita Group bukan entitas ilmiah yang memiliki ilmuwan mumpuni di bidangnya, sehingga basis datanya hanya berisikan pengklaiman semata. Karena yang disampaikan tentang pencapaian dan dampak positif dari perusahaan justru terbalik. Faktanya, terjadi pencemaran lingkungan, masalah stunting, dan ketidakberdayaan pengusaha lokal, serta beberapa aspek lainnya yang tidak menjadi perhatian bagi perusahaan.

Karena itu, data yang disampaikan dapat diklasifikasi sebagai bentuk kebohongan yang sengaja untuk mengangkat citra korporasi demi reputasinya dalam dunia bisnis. Padahal mestinya pencapaian bisnis korporasi berskala jumbo harus objektif dengan kemajuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan masyarakat Pulau Obi. Tidak boleh membiarkan kerugian sosial yang berkepanjangan.