“Kami dari Permata Indonesia melihat namanya tambang kompleks ada dampak baik dan dampak buruk. Memang jadi sorotan utama kami mahasiswa dampak lingkungan disebabkan oleh pertambangan. Cuma memang kita membutuhkan data dan fakta yang ada di lapangan. Di momentum kali ini, saya mengajak delegasi untuk menyoroti soal bagaimana dampak lingkungan yang terjadi di Maluku Utara,” tuturnya.

“Jadi bagaimana kita mengawasi perusahaan tambang khususnya di Maluku Utara maupun di seluruh Indonesia untuk menjalankan pertambangan sesuai penerapan kaidah pertambangan baik. Tentunya, melihat dari segi Amdal dan tanggung jawab mereka untuk melakukan reklamasi maupun tanggung jawab sosial karena jangan sampai ada tambang tapi masyarakat lingkar tambang nggak berkembang. Itu menjadi PR kita ke depan,” tegasnya.

Ia berharap, di Malut hadir Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk pertambangan.

“Mudah-mudahan dengan kegiatan ini bisa mendokrak itu dan juga hadir Gubernur Malut diwakili tadi dan Wali Kota Ternate diwakili Asisten itu saya juga sampaikan ke mereka. Ke depan kita akan kerja sama bagaimana program yang ada ini untuk kolaborasi mahasiswa dengan pemerintah untuk meningkatkan SDM di Maluku Utara,” akunya.

“Saya melihat bahwa perusahaan besar membuka tambang butuh perjuangan besar seperti Amdal, reklamasi, sebelum dilakukan operasi harus dipikirkan. Akan tetapi yang menjadi persoalan utama di Maluku Utara itu penambangan ilegal. Mereka berpikir gali sendiri tanpa memikirkan aspek keselamatan kerja, itu menjadi sorotan kami,” tandas Arsyad.