“Saya sudah 15 tahun jadi guru honorer di SMA Kayoa,” jelas Said.
Sementara yang lainnya ada yang bertugas 7 sampai 9 tahun lamanya.
Karena belum dibayarnya honor, terpaksa mereka harus putar otak memenuhi kebutuhan sehari-hari. Caranya dengan menyiasati melakukan pekerjaan lain untuk bisa memenuhi kebutuhan. Misalnya berkebun atau pekerjaan lainnya yang halal.
“Kalau kita yang berasal dari Kayoa sini mungkin masih bisa bertahan tapi kasihan untuk honorer yang berasal dari luar,” jelasnya lagi.
Setelah mendengar keluhan para guru, Rahmi lantas menyampaikan akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku Utara untuk memastikan hak-hak para guru tersebut.
Tinggalkan Balasan