“Ada daeng tukang sampah ikan bantu ambil air dan dia jual di torang air satu ember Rp 10 ribu, tapi kalau satu hari tong harus beli 5 ember,” tuturnya.
Para pedagang sudah berupaya mengadu ke dinas terkait namun sejauh ini belum ada respon.
“Tong so lapor di Kantor Perindagkop, terus Perindagkop dong suruh lapor ke Dinas Sosial. Tong so bilang ulang-ulang tapi tara ada tanggapan, malahan dong marah pa torang,” bebernya.
“Tarada kendala kerusakan keran air, tapi dorang saja tara mau kase bajalang. Dong dari Perindagkop bilang torang baurus,” tambah dia.
Padahal, petugas Disperindagkop rutin melakukan penagihan uang meja pasar ikan.
“Uang meja per meja Rp 300 ribu lancar bayar, tapi air tara mengalir. Hanya pasar Morotai punya air saja tara mengalir, yang namanya pasar ikan itu air harus lancar,” tandasnya.
Kepala Dinas Perindagkop-UKM Pulau Morotai yang dikonfirmasi terpisah soal keluhan para pedagang pasar ikan belum merespon hingga berita ini ditayangkan.
Tinggalkan Balasan