“Karena dulu yang berlaku di Ternate itu berganti-ganti mazhab. Ada Syi’ah dan Hanafi. Kemudian Sultan Zainal Abidin merasa perlu memperdalam mazhab yang lain. Dan kemudian beliau merasa Mazhab Safi’i cocok, maka kembalinya dari jawa beliau memberlakukan mazhab itu,” ujar Sultan.
Ketika Sultan Zainal Abidin kembali ke Ternate, sejumlah imam dan warga Pulau Jawa mengiringinya. Ia juga diberikan gamelan oleh Sunan Giri.
“Sehingga para imam yang ikut Sultan Zainal Abidin diberikan tempat, posisi, porsi wilayah baik di Bobato Dunia maupun Bobato Akhirat. Bobato Dunia mereka diberikan tempat sebagai anggota parlemen yakni Bobato 18 atau Fanyira Jawa, untuk Bobato Akhirat mereka menjadi Imam Jawa,” tambah Sultan Hidayat.

Ia menambahkan, posisi Bobato Dunia ada di struktur yang sangat penting, yang kewenangannya bisa memilih dan tidak memilih seseorang menjadi sultan.
“Jauh dari itu mereka bisa memberhentikan sultan,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan