“Kebutulan di situ ada salah satu mobil yang rusak dan kami membantu untuk menarik dari puncak Latimojong sampai ke Palopo, 40 kilo. Karena saat itu sudah sore, hari mulai gelap, kasihan sendirian di hutan,” ucap pria yang akrab disapa Om Hardiyanto ini.
Perjalanan darat ini diisi dengan sambutan hangat di mana-mana. Tak jarang komunitas WOI dipaksa menginap di kota-kota yang disinggahi oleh komunitas jip lokal.
“Di Palopo kami diminta nginap. Besoknya ke Poso, juga nginap dua malam karena disambut teman-teman lagi,” imbuhnya.

Di Gorontalo, sambutan bahkan dilakukan di tengah jalanan. Hubungan baik yang didapat dari kesamaan minta ini tumbuh alami.
Rombongan WOI pun istirahat sejenak di Gorontalo, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kota Manado dan dan Kota Bitung.
“Di Manado juga ada teman dan kami juga dijamu dan langsung ke Bitung. Di Bitung kami cuma satu malam saja sambil menunggu kapal feri. Intinya sangat indah perjalanan ini, semacam perjalanan Perang Dunia ke ll,” tukas Hardiyanto.
Tinggalkan Balasan