Di hari ketiga sampai ketujuh, kata Yatsir, pencarian berlangsung tanpa menggunakan fasilitas tim SAR karena dianggap sangat tak mungkin untuk wilayah laut Morotai dengan armada speedboat karet lewat jarak tempuh pencarian sudah sampai radius 110 mil.

“Hari ketiga, empat, lima, itu turun selama 5 hari bermalam di laut. Tanpa menggunakan fasilitas tim SAR karena di laut wilayah Morotai dengan radius 110 mil itu tidak mungkin menggunakan speedboad. Ditambah lagi mesinnya tidak normal,” jelasnya.

“Hari keenam itu ada lima armada yang turun. Kemudian di perjalanan dua armada balik ke kampung karena cuacanya cukup ekstrem sehingga tinggal tiga armada. Selanjutnya hari ketujuh tidak ada pencarian, sehingga di hari itu juga tim SAR dilakukan penarikan oleh Pemda,” lanjut Yatsir.

Meski fasilitas terbatas, sambungnya, warga setempat tetap melakukan pencarian hingga hari ini. Pihak keluarga juga berupaya melakukan konfirmasi ke pemda untuk memastikan data-data yang lebih akurat.

“Upaya pencarian yang kami lakukan belum ada titik-titik potensial yang kami dapat dari Pemerintah Pulau Morotai. Yang saya tahu, di hari ketujuh saat penarikan tim SAR oleh pemda dan Angkatan Laut akan ada konfirmasi balik untuk memastikan titik-titik pencarian dan sembari menunggu kami dari pihak keluarga dan para masyarakat nelayan terus melakukan pencarian. Akan tetapi sampai sejauh ini belum ada konfirmasi balik,” keluh Yatsir.

“Olehnya itu, pihak-pihak terkait Pemerintah Pulau Morotai, Lanal Morotai, dan tim SAR besar harapan kami, atas nama keluarga tentu ada langkah-langkah strategis dalam upaya pencarian saudara kami. Sebab waktu semakin berjalan, kondisi arus di atas 2 knot, itu artinya korban terbawa arus sangat cepat dan itu sangat tidak mungkin akan kedua saudara saya bisa selamat jika tidak dilakukan sesegera mungkin,” pungkasnya.